Terawan Beber Hipotesis Vaksin Nusantara Bisa Akhiri Wabah COVID-19, Pakar 'Bantah' Lewat Fakta Ini
Nasional

Eks Menkes Terawan Agus Putranto mengutip jurnal yang menghipotesiskan Vaksin Nusantara untuk mengakhiri pandemi COVID-19. Peneliti vaksin dari Universitas Adelaide Australia pun menanggapinya.

WowKeren - Beberapa waktu lalu beredar potongan video ketika mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto yang "mempromosikan" Vaksin Nusantara. Disebutkan olehnya, vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik itu sudah dihipotesiskan oleh peneliti dunia sebagai pemicu berakhirnya pandemi COVID-19.

Dalam video itu, Terawan mengungkap sebuah jurnal yang disebut memuat penelitian mendalam soal immunoterapi sel dendritik alias Vaksin Nusantara sebagai agen untuk mengakhiri pandemi. Pernyataan Terawan ini pun belakangan ditanggapi oleh peneliti vaksin dan doktor di bidang Biokimia dan Biologi Molekuler di Universitas Adelaide Australia, dr Ines Atmosukarto.

Ines menyebut jurnal yang dimaksud Terawan memang sudah dipublikasikan di National Library of Medicine (Pubmed) pada 9 November 2020 lalu. Namun ia menegaskan bahwa publikasi di jurnal ilmiah bukan berarti validasi sepenuhnya.

"Jadi jangan jadikan alasan bahwa suatu penemuan terpublikasi sebagai validasi mutlak. Diskusi ilmiah pasca publikasi juga penting," tutur Ines.

Kepada Kompas, paper atau makalah dalam jurnal yang menampung hipotesis bukanlah jurnal yang melaporkan hasil penelitian. "Jadi sifatnya spekulatif, tidak didukung pembuktian," terang Ines pada Jumat (28/5).


Ines menyebut jurnal yang diungkap Terawan itu bukan acuan pelaporan penelitian vaksin. Ditambah lagi, menurut Ines, ketiga penulis jurnal berjudul "Dendritic Cell Vaccine Immunotherapy; the Beginning of the End of Cancer and COVID-19" itu tak memiliki rekam jejak di bidang vaksin sel dendritik.

"Hal itu jelas tercermin dari bahasa yang digunakan dalam Abstract," papar Ines, dilansir pada Sabtu (29/5). "'We hypothesize that DC (Dendritic Cell) vaccine therapy may provide a potential treatment strategy to help combat COVID-19'."

Lebih jauh dijelaskan, ulasan di jurnal itu sejatinya lebih fokus pada vaksin sel dendritik untuk terapi kanker. Baru di akhir Abstract makalah disebutkan COVID-19 yang dihipotesiskan bisa diterapi dengan metode yang sama, namun tak ada detail penjelasan lebih lanjut.

Hipotesis penulis dalam jurnal itu didasarkan pada pasien kanker yang sedang menjalani immunoterapi berbasis vaksin sel dendritik mungkin bisa digabungkan untuk membuat vaksin yang sama dengan virus SARS-CoV-2. Harapannya tentu agar bisa mendapatkan perlindungan terhadap kedua penyakit tersebut.

Sedangkan jurnal tersebut murni sebuah hipotesis alias tidak diikuti dengan bukti eksperimen, uji binatang, atau uji klinis apapun. "Saya tidak mengerti mengapa artikel ini dipakai sebagai validasi. Artikel ini tidak membuktikan apa-apa," pungkas Ines.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru