Sejumlah Daerah Alami Lonjakan Kasus COVID-19, PBNU Minta PTM Dilakukan Di Zona Kuning Dan Hijau
Nasional

Sebagai informasi, saat ini sejumlah daerah di Indonesia tengah mengalami lonjakan kasus COVID-19. Menanggapi hal tersebut, PBNU meminta agar pelaksanaan PTM dilakukan hanya di wilayah zona kuning dan hijau.

WowKeren - Kegiatan sekolah/pembelajaran tatap muka (PTM) akan segera dilakukan pada bulan Juli mendatang. Hal ini telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek).

Akan tetapi, saat ini sejumlah wilayah di Indonesia tengah mengalami lonjakan kasus COVID-19. Oleh sebab itu, sejumlah pihak merasa khawatir jika PTM tetap dilaksanakan pada bulan Juli, termasuk PBNU.

Ketua Lembaga Pendidikan Ma'arif PBNU Arifin Junaidi mengusulkan pelaksanaan PTM hanya digelar di zona kuning dan hijau COVID-19. Zona kuning dan hijau sendiri merupakan daerah yang berisiko rendah terhadap penyebaran COVID-19.

"Sejak pembukaan tahun ajaran 2020/2021 LP Ma'arif PBNU sudah mengusulkan agar dibuka pembelajaran tatap muka dengan syarat antara lain sekolah tersebut berada di zona hijau dan kuning," tutur Arifin saat dihubungi CNNIndonesia, Senin (7/6).

Di sisi lain, Arifin juga menyarankan agar pembelajaran tatap muka tetap dilaksanakan dengan pembatasan 50 persen dari kapasitas normal. Selain itu, kegiatan PTM juga bisa dilaksanakan dengan cara bergantian atau shifting untuk 50 persen murid. "Selebihnya, tetap pembelajaran jarak jauh," imbuhnya.


Selain itu, Arifin juga meminta agar PTM dilaksanakan di sekolah-sekolah yang guru dan tenaga pendidiknya telah divaksinasi COVID-19. Meski demikian, pihak sekolah juga diharapkan sudah mempersiapkan segala kebutuhan untuk menerapkan protokol kesehatan secara disiplin.

Arifin sendiri mendukung kegiatan PTM di sekolah. Hal ini disebabkan pembelajaran jarak jauh selama ini dinilai tidak efektif untuk dijalankan dalam proses pendidikan.

Menurut Arifin, pembelajaran jarak jauh yang selama ini berjalan tidak bisa berlangsung dengan baik dan sempurna. Salah satu hal yang paling terlihat adalah terletak pada kelemahan terkait dengan psikomotorik.

"Banyak SMK yang tidak dapat melaksanakan praktikum, lebih dari itu, dalam ranah afektif, pembelajaran jarak jauh tidak dapat mewujudkan tujuan pendidikan," jelas Arifin. "TIK tidak dapat menggantikan guru, lebih-lebih untuk pengembangan afeksi."

Sementara itu, Mendikbudristek Nadiem Makarim menyatakan tidak ada tawar menawar terkait pelaksanaan PTM, demi pendidikan di Indonesia. Nadiem menegaskan bahwa masa depan Indonesia sangat bergantung pada sumber daya manusianya.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait