Bukan Main, 1 GB Internet di Pedalaman Papua Dibarter dengan 1 Gram Emas
Nasional

Dalam sebuah video viral tampak penjual warung yang menukarkan kuota 1 GB dengan 1 gram emas. Kejadian ini disebut direkam di pedalaman Papua meski tak diketahui detailnya.

WowKeren - Perihal kesenjangan harga di berbagai daerah Indonesia memang bukan topik baru dan tengah berusaha untuk diatasi. Namun siapa menyangka kuota 1 GB internet di pedalaman Papua saja sampai dibarter dengan 1 gram emas?

Fenomena inilah yang terekam dalam sebuah video yang viral di media sosial. Dalam video tersebut tampak penjual warung yang menjual voucher paket data internet yang akan ditukar dengan sejumlah emas, seperti 100 MB dengan 0,1 gram emas, atau 500 MB dengan 0,5 gram emas.

Pengunggah video viral tersebut mengaku tidak bisa memberitahu di mana persis daerah yang terekam dalam video. "Belum bisa cerita banyak, lokasinya di pedalaman Papua. Untuk spesifiknya enggak bisa diinfoin, maaf ya," katanya kepada Kompas, Sabtu (14/8).

Ia hanya menceritakan bahwa emas memang awam dijadikan alat tukar di daerah tersebut, seperti dua ekor ayam dan 1 kilogram gula yang dibanderol senilai 2 gram emas. Meski demikian, pengunggah video menyebut uang Rupiah juga tetap dipakai hanya saja tidak selazim pemakaian emas.

"Kenapa mahal? Karena transportasi kita pakai helikopter buat naikin barang. Sekali sewa heli Rp60-70 juta per 25 menit, itu seminggu minimal 1 kali pemakaian heli. Ini di luar modal kios," jelasnya.


"Ada kok Rupiah, tapi jadi lebih mahal nantinya. Terus kalau Rupiah risiko bisa basah dan rusak nantinya, jadi mending pakai emas saja," imbuhnya. "Kalau ada yang pakai Rupiah tetap dilayani."

Ekonom Universitas Hasanuddin, Anas Anwar Makkatutu menilai praktik tersebut bisa merugikan perekonomian masyarakat. Kepada SuaraSulsel.id ia menilai edukasi soal alat tukar Indonesia, yakni berupa uang Rupiah, harus dimasifkan.

"Mestinya dia jual dulu emasnya, dari uang itu bisa dipakai berbelanja. Itu kan bisa merugikan masyarakat karena nilainya (emas) tidak jelas," papar Anas. "Tapi emas yang mereka gunakan itu juga tidak diketahui apakah asli atau tidak."

Sedangkan Kepala Departemen Bank Indonesia (BI) Erwin Haryono menilai, dari sudut pandang hukum memang ada pelanggaran karena ketentuan Indonesia adalah Rupiah satu-satunya alat tukar yang berlaku. Namun Erwin mengajak publik untuk melihat masalah ini dalam perspektif yang lebih luas, termasuk perihal lokasi yang berada di pedalaman dan belum dijangkau dengan baik.

"Tapi saya kira dalam konteks masyarakat Papua itu ada perspektif sosial ekonomi yang lebih mengemuka. Yaitu mereka lebih membutuhkan kemajuan dibidang ekonomi," kata Erwin, dilansir dari Kompas. "(Kalau transaksi Rupiah sudah lebih efisien) pada saat itu perspektif hukum saya kira sangat relevab."

Karena itulah Erwin menyebut BI terus berupaya untuk mengusahakan ketersediaan Rupiah di daerah 3T Indonesia. "Rupiah dengan pecahan yang lebih banyak pasti jauh lebih baik dibandingkan emas yang satuannya terlalu besar sebagai alat transaksi ritel," pungkasnya.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait