Kisah Ni Nengah Widiasih yang Hampir Gagal Raih Medali Perak di Paralimpiade Tokyo
Instagram/widia_angel
Nasional

Ni Nengah Widiasih berhasil memenangkan medali perak powerlifting di kelas 41 kilogram dalam pertandingan Paralimpiade Tokyo 2020 yang digelar pada Kamis (26/7).

WowKeren - Atlet para powerlifting alias angkat berat, Ni Nengah Widiasih, berhasil menyumbang medali pertama untuk Indonesia di ajang Paralimpiade Tokyo 2020. Ia menyabet medali perak di kelas 41 kilogram pada Kamis (26/7).

Prestasi Widiasih tersebut dibarengi dengan perjuangan yang keras. Gede Suantaka yang merupakan kakak kandung Widiasih mengungkapkan bahwa sang adik telah menggeluti olahraga angkat beban sejak SMP.

"Sejak SMP dia ikut latihan, karana pada saat itu ada kejuaraan di Bali, dia ikut (kemudian dapat) juara satu," ungkap Suantaka, Jumat (27/8). "Setelah itu dia juara satu lagi, baru kemudian diikuti PON, terus ditarik untuk Pelatnas. Jadi dia mulai ikut itu tahun 2006."

Beberapa minggu sekali, Widiasih perlu pergi ke tempat gym untuk melakukan tes rekor. Menurut Suantaka, adik perempuannya tersebut merupakan pekerja keras sejak masih kecil.

"Latihan kebetulan ada dulu di YPAC untuk latihan, hanya saja fasilitasnya belum memadai. Tapi kadang kan kita beberapa minggu sekali test rekor, jadi kita harus ke tempat gym. Sejak kecil orangnya penuh semangat dan pekerja keras," ujarnya.

Perjuangan yang harus dijalani Widiasih pun tak mudah karena selain latihan, ia juga masih harus sekolah. Selain itu, Widiasih juga sempat mendapat tatapan aneh dari orang-orang di tempat gym hanya karena ia merupakan penyandang disabilitas.


"Perjuangan yang tidak mudah, dari latihan dia kan harus sekolah, datang dari sekolah harus latihan sampai malam," paparnya. "Kadang latihannya kan bukan di tempat khusus latihan seperti itu. Kadang latihannya di tempat gym, orang-orang melihatnya juga aneh kadang, disabilitas (malah) gym."

Sementara itu, Widiasih sendiri memiliki pengalaman unik kala bertanding di Tokyo International Forum, Jepang, pada Kamis kemarin. Widiasih hampir saja hanya meraih medali perunggu jika ofisial Indonesia tidak protes ke dewan wasit.

Awalnya, Widiasih melakukan angkatan pertama seberat 96 kilogram dengan mulus. Saat lanjut ke angkatan kedua dengan berat 98 kilogram, wasit memberikan bendera merah sehingga Widiasih didiskualifikasi.

"Setelah angkatan kedua saya didiskualifikasi, saya dan pelatih sempat ingin mempertanyakan keputusan itu. Namun kami mengurungkan niat itu. Kami baru akan melakukan protes jika pada angkatan ketiga saya juga dibatalkan," tutur Widiasih, melansir situs resmi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora).

Meski gagal di angkatan kedua, Widiasih tetap bersemangat dan tampil apik di angkatan ketiga dengan berat 98 kilogram. Namun ia dikejutkan oleh keputusan wasit yang kembali mengangkat bendera merah.

"Setelah angkatan ketiga itu, wasit mengangkat bendera merah yang menandakan angkatan saya tidak mulus. Dengan cepat pelatih langsung menghampiri dewan wasit untuk mempertanyakan keputusan wasit itu dan meminta untuk direview atau diputar ulang tayangan angkatan saya untuk melihat apa kesalahan saya," kenang Widiasih. "Setelah melihat video review akhirnya dewan wasit menyatakan bahwa angkatan saya mulus dan tangan saya tidak miring sehingga dewan wasit mengesahkan angkatan saya."

Posisi Widiasih pun naik ke urutan kedua usai lifter Venezuela, Monasterio Fuentes, gagal melakukan angkatan ketiga seberat 99 kilogram. Akhirnya, Widiasih berhasil mengamankan medali perak sementara medali perunggu jatuh ke tangan Fuentes. Adapun medali emas diraih oleh lifter Tiongkok, Guo Lingling dengan angkatan terberat 108 kilogram.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru