Kenaikan harga BBM sampai pemerintahan yang dinilai otoriter menjadi penyebab demonstrasi pecah di Kazakhstan. Puluhan pengunjuk rasa dan 12 polisi dilaporkan tewas.
- Elvariza Opita
- Jumat, 07 Januari 2022 - 14:06 WIB
WowKeren - Kerusuhan pecah di Kazakhstan setelah massa turun untuk menyuarakan protes mereka kepada pemerintah. Bahkan pada Kamis (6/1) waktu setempat, aksi represif untuk menghadapi demonstran mulai diberlakukan, di mana petugas keamanan Kazakhstan tega membunuh sejumlah besar massa.
Korban jiwa yang timbul akibat demonstrasi bukan hanya dari warga sipil tetapi juga polisi. Melansir AP News, seorang polisi ditemukan dipenggal oleh massa demonstran yang menimbulkan tantangan yang semakin besar terhadap pemerintahan otoriter di Kazakhstan.
Meski tindakan represif tak ragu dilakukan oleh petugas keamanan, warga Kazakhstan tetap melanjutkan protes mereka terhadap pemerintah di kota terbesar Almity. Sedangkan di Ibu Kota Nur-Sultan dilaporkan dalam keadaan tenang.
Media Rusia Tass melaporkan adanya polisi yang menembak dengan intens massa yang berkumpul di sebuah jalan dekat Republic Square. Sementara media Sputnik yang juga dari Rusia melaporkan bahwa polisi tak ragu melepaskan tembakan ketika mengepung 200 pengunjuk rasa.
Kerusuhan memang tidak bisa dihindari sejak demonstrasi terjadi pada Rabu (5/1). "Puluhan penyerang meninggal," ungkap Juru Bicara Kepolisian Kazakhstan, Saltanat Azirbek, kepada saluran berita Khabar-24.
Pejabat setempat mengabarkan 12 petugas polisi tewas sedangkan 353 lainnya terluka, sementara Kementerian Dalam Negeri menyebut setidaknya dua ribu orang ditangkap. Kini upaya meredam massa juga turut dibantu oleh militer Rusia yang menurunkan pasukan perdamaiannya ke Kazakhstan.
Sebagai informasi, demonstrasi di Kazakhstan pecah setelah masyarakat memprotes kenaikan harga bahan bakar kendaraan yang sampai dua kali lipat. Namun tampaknya demonstrasi ini juga buah rasa tidak puas masyarakat atas pemerintahan Kazakhstan yang dipimpin oleh partai yang sama sejak kemerdekaan dari Uni Soviet tiga dekade lalu.
Puluhan ribu warga dilaporkan turun ke jalan, dengan beberapa di antaranya membawa tongkat dan tameng. Demonstrasi yang terjadi juga diklaim sebagai yang terburuk yang pernah terjadi di Kazakhstan.
Presiden Kazakhstan, Kassym-Jomart Tokayev pun berada dalam posisi yang begitu dilematis saat ini. Di satu sisi ia berharap bisa menenangkan pengunjuk rasa dengan pengunduran dirinya, namun tanpa ragu mengklaim kerusuhan yang terjadi adalah akibat ulah "kelompok teroris".
(wk/elva)