Heboh Nelayan di Lhokseumawe Aceh Ajukan Permohonan Suntik Mati, Apa Alasannya?
Flickr/best_photo
Nasional

Seorang nelayan keramba yang biasa beroperasi di Waduk Pusong, Lhokseumawe, Aceh mengajukan permohonan suntik mati ke pengadilan negeri setempat. Terungkap ini alasan atas permintaannya.

WowKeren - Permintaan seorang nelayan di Desa Pusong, Kecamatan Banda Sakti, Kota Lhokseumawe, Aceh bernama Nazaruddin Razali (59) begitu mengejutkan. Sebab Nazaruddin rupanya mengajukan permohonan suntik mati alias eutanasia ke pengadilan negeri setempat pada Kamis (6/1).

Terkait permintaan suntik matinya, Nazaruddin mengaku sangat tertekan dengan kebijakan Pemerintah Kota Lhokseumawe yang akan merelokasi keramba budi daya ikan di Waduk Pusong. Permohonan suntik mati ini sudah diregistrasikan ke Pengadilan Negeri Lhokseumawe kemarin dengan nomor PNL LSM-01-2022-KWS.

"Jika pemerintah tidak peduli lagi kepada kami para petani keramba di Waduk Pusong, saya minta disuntik mati saja," tegas Nazaruddin, dikutip dari Republika pada Jumat (7/1). "Di depan Wali Kota Lhokseumawe beserta Muspika Banda Sakti."

Nazaruddin menerangkan permohonan suntik mati tersebut sebagai wujud protesnya karena negara tak berpihak kepada nelayan keramba. Padahal sudah turun-temurun mereka menggantungkan hidup dan memenuhi kebutuhan keluarga dengan waduk tersebut.


"Saya harus menanggung beban untuk membiayai kehidupan istri dan tiga anak-anak serta dua cucu. Jika usaha keramba budi daya ikan digusur, bagaimana nasib kami. Makanya lebih baik saya disuntik mati saja," ujar Nazaruddin.

Selain itu, Nazaruddin juga mengaku sudah mengalami kesulitan ekonomi sejak Pemkot Lhokseumawe menyatakan air Waduk Pusong tercemar limbah. Pengumuman itu membuat ikan yang dibudidayakan nelayan keramba di Waduk Pusong jadi sulit terjual lantaran masyarakat takut kesehatannya terancam.

"Katanya air waduk mengandung limbah," tutur Nazaruddin. "Padahal, kami sudah puluhan tahun makan ikan budi daya di waduk dan juga setiap hari mandi, tapi tidak mengalami masalah kesehatan."

Nazaruddin mengaku menjadi lebih ketakutan dan tertekan karena pihak kecamatan setiap hari datang mengingatkan warga untuk segera mengosongkan lokasi budi daya keramba tersebut. "Saya sangat trauma, karena setiap hari ada aparat yang datang," ungkapnya.

"Kejadian ini mengingatkan saya seperti masa konflik masa lalu. Kami berharap penggusuran ini segera dibatalkan karena ini menyangkut dengan penghidupan kami," pungkas Nazaruddin.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru