Ia mengakui bahwa mengajari anaknya untuk homeschooling bukanlah hal yang mudah. Pada anak dewasa, mungkin mereka bisa belajar sendiri namun tidak dengan yang berusia 7 tahun.
- Zodiak Yanuarita
- Rabu, 19 Januari 2022 - 13:52 WIB
WowKeren - Bagi sebagian orang tua, mengajari anak tentang pelajaran sekolah bisa jadi bukan hal yang mudah. Salah satu aktris kenamaan Hollywood Cate Blanchett baru-baru ini menceritakan pengalamannya untuk mendukung proses homeschooling sang anak selama pandemi COVID-19.
Dalam acara bincang-bincang Australia "The Project" pada Selasa (18/1), aktris berusia 52 tahun tersebut membahas pengalamannya menyekolahkan anak-anaknya di rumah selama penguncian. Ia merupakan ibu dari anak laki-laki Dashiell (20) Roman (17) dan Ignatius (13) serta putrinya, Edith (7).
Ia mengakui bahwa mengajari anaknya untuk homeschooling bukanlah hal yang mudah. Pada anak dewasa, mungkin mereka bisa belajar sendiri sehingga masalahnya tidak begitu sulit. Namun tidak dengan anaknya yang berusia 7 tahun.
"Anak-anak saya yang lebih tua baik-baik saja, mereka akan mengarahkan diri sendiri. Tapi saya harus melakukan sesuatu pada anak saya yang berusia 7 tahun, dan saya menyadari bahwa saya bahkan tidak bisa mengajarinya matematika kelas 1 dan dia mengetahuinya setelah 14 hari," kata bintang "Don't Look Up". "Saya adalah bebek mati. Tidak ada rasa hormat di sana."
Blanchett, yang berbagi anak-anaknya dengan suaminya Andrew Upton, kemudian mengungkapkan bahwa dia harus berdandan seperti gurunya. Tak hanya itu, ia bahkan harus menyamarkan suara agar mirip seperti gurunya sehingga sang putri mau melanjutkan homeschooling.
Tak hanya soal keberadaan guru, namun juga teman-teman kelasnya. Putri Blanchett tak mau memulai kelas sebelum semua temannya berkumpul. Untuk itu, ia harus rela menjejer boneka.
"Dia tidak akan memulai kelas sampai kami menata sederetan boneka binatang, yang memiliki nama semua orang di kelasnya," lanjutnya. "Rasanya seperti semacam persilangan aneh antara The Muppets dan MasterClass. Sebenarnya cukup traumatis."
Lebih jauh, pengalaman itu membuatnya lebih menghargai guru. "Di Finlandia yang memiliki tingkat pendidikan tertinggi dan paling disegani di manapun, guru digaji sama dengan dokter dan pengacara," jelasnya.
(wk/zodi)
