Diprediksi Terjadi Akhir Februari-Awal Maret, Puncak Kasus Omicron Disebut Bisa 6 Kali Varian Delta
Nasional

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi lantas menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kasus COVID-19 Varian Omicron lebih cepat dibandingkan Varian Delta.

WowKeren - Jumlah kasus COVID-19 di Indonesia mengalami peningkatan signifikan di tengah menyebarnya Varian Omicron. Pada Kamis (10/2), Indonesia bahkan mencatatkan 40.618 kasus COVID-19 baru.

Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi lantas menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kasus COVID-19 Varian Omicron lebih cepat dibandingkan Varian Delta. Menurut Nadia, Varian Delta membutuhkan waktu setidaknya tiga minggu untuk mencapai angka 56 ribu kasus.

"Kalau varian yang kita duga ini adalah Varian Omicron, saat ini kemarin sempat menyentuh angka 47 ribu walaupun sekarang turun sedikit menjadi 40 ribu. Kalau kita melihat kecepatan penularan harus menjadi perhatian kita bahwa varian Omicron sangat cepat menular walau secara proporsi angka kesakitan dan angka kematian jauh lebih rendah," paparnya dalam keterangan pers pada Kamis.

Lebih lanjut, Nadia mengatakan bahwa beberapa daerah di Jawa-Bali jumlah kasusnya telah melampaui puncak gelombang Varian Delta tahun lalu. Adapun puncak Varian Omicron sendiri diprediksi terjadi pada akhir Februari atau awal Maret 2022 dan jumlah kasusnya bisa 6 kali lipat lebih tinggi dibanding puncak Delta.


"Kita akan melihat tren terjadinya peningkatan sampai kita pada prediksi bahwa di akhir Februari atau di awal Maret 2022 ini merupakan puncak kasus Omicron," jelasnya. "Yang bisa diprediksi itu 3 kali sampai dengan 6 kali lebih tinggi daripada Varian Delta."

Meski jumlah kasusnya diprediksi lebih banyak, Nadia menyebutkan bahwa tren peningkatan kasus terpantau tidak berbanding lurus dengan peningkatan kasus-kasus yang membutuhkan perawatan di rumah sakit. Nadia mengingatkan semua pihak untuk terus waspada untuk menghindari penularan.

"Masyarakat yang tidak bergejala atau gejala ringan seperti misalnya batuk, pilek, demam, kemudian sakit tenggorokan dan saturasi oksigen lebih dari 95 persen, tidak memiliki komorbid, serta bukan lansia diharapkan untuk dapat melakukan isolasi mandiri," terangnya.

Selain itu, Nadia juga mengingatkan bahwa vaksinasi masih merupakan upaya yang harus dipercepat mengingat proteksi vaksinasi menyebabkan kasus-kasus COVID-19 lebih ringan. Terlebih saat ini vaksinasi dosis ketiga alias booster telah tersedia untuk masyarakat.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru