Sambangi Penenun di Bali, Maudy Ayunda Buka Wawasan Soal Kontribusi UMKM Milik Perempuan
Instagram/maudyayunda
Selebriti

Maudy Ayunda terlihat membaur dengan penenun kain khas Bali. Dalam kesempatan ini, Maudy Ayunda sekaligus berikan wawasan soal UMKM yang dimiliki oleh perempuan beserta beberkan hal-hal ini. Apa saja?

WowKeren - Aktris sekaligus penyanyi cantik Maudy Ayunda diketahui belum lama ini terbang ke Pulau Dewata, Bali. Bukan untuk belribur, kedatangan Maudy ke Bali untuk menghadiri acara Ministerial Conference on Women's Empowerment atau Konferensi Tingkat Menteri G20 tentang Pemberdayaan Perempuan.

Maudy yang mengenyam pendidikan sampai ke luar negeri ini didapuk menjadi juru bicara pemerintah untuk Presidensi G20 Indonesia. Dalam kesempatan itu, Maudy melakukan banyak hal, salah satunya sambangi penenun kain khas Bali.

Lewat momen ini pula, Maudy membuka wawasan pada publik mengenai fenomena yang terjadi soal UMKM milik perempuan di Indonesia. Maudy menyebutkan bahwa 91 persen UMKM milik perempuan berkontribusi ke PDB yakni singkatan dari Produk Domestik Bruto Indonesia.

"Hari 2 - hari kedua Konferensi Tingkat Menteri tentang Pemberdayaan Perempuan membahas topik: kewirausahaan perempuan. Ini adalah topik yang relevan bagi Indonesia, terutama karena usaha kecil dan menengah merupakan kontributor utama bagi perekonomian kita," tulis Maudy Ayunda dalam keterangan foto.


Photo-INFO

Instagram

"Beberapa data: UMKM milik perempuan berkontribusi sampai 9,1% PDB Indonesia. Bank Dunia berestimasi hingga 43% dari semua pebisnis di Indonesia adalah perempuan dan hingga 64% persen UMKM yang ada di indonesia dimotori oleh perempuan! Wanita Indonesia juga ditemukan memiliki selera kewirausahaan yang lebih tinggi daripada rata-rata global," sambungnya lagi.

Meski perempuan miliki kontribursi cukup besar dalam PDB Indonesia namun ternyata berbagai kendala-kendala. Mulai dari kurangnya Akses keudangan hinggga jaringan kesenjangan keterampilan.

"TAPI tantangannya bahkan lebih nyata: kurangnya akses keuangan (kredit), kurangnya akses ke pasar dan jaringan, kesenjangan keterampilan, dan norma budaya yang menghilangkan waktu, otonomi, dan kekuatan kredit perempuan," pungkas Maudy.

(wk/devi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait