Erupsi Gunung Anak Krakatau Menurun,  Apakah Benar-Benar Akan Berhenti?
Nasional

Meski aktivitas erupsi Gunung Anak Krakatau menurun, PVMBG belum tahu apakah erupsi ini akan berhenti secara total.

WowKeren - Pasca tsunami Selat Sunda pada Sabtu (22/12), Gunung Anak Krakatau terpantau lebih aktif melakukan erupsi. Bahkan mencapai ratusan kali erupsi dalam sehari. Akibatnya, BMKG menaikkan status gunung ini dari level II Waspada menjadi Level III Siaga.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menginformasikan bahwa aktivitas erupsi Anak Krakatau sudah berhenti. Meskipun tidak benar-benar berhenti secara total, namun sudah menurun dibanding beberapa hari sebelumnya.

“(Erupsi) belum (berhenti), aktivitasnya masih tinggi,” terang Kepala PVMBG Kasbani dilansir Kompas.com pada Senin (31/12). “Namun dibandingkan hari-hari sebelumnya memang ada penurunan.”

Hal itu disimpulkan karena frekuensi letusan menurun sehingga suara dentuman pun juga lebih jarang terjadi. Meski begitu, sedikit getaran akibat aktivitas Anak Krakatau juga masih dirasakan, namun tidak begitu besar.


Berdasarkan rekaman seismograf yang dilakukan oleh PVMNG pada 30 Desember, Anak Krakatau tercatat mengeluarkan erupsi sebanyak delapan belas kali dan satu kali tremor dengan amplitudo dua milimeter. Angka ini jauh lebih sedikit dibanding rekaman di hari sebelumnya, yakni 54 letusan dan dua kali tremor dengan amplitudo sepuluh milimeter.

“Erupsi masih ada, cuma memang tidak sebanyak sebelumnya,” tambah kasbani. “Memang intensitasnya sudah mulai berkurang tapi belum benar-benar berhenti.”

Pihak PVMBG belum mengetahui secara pasti apakah ke depannya Anak Krakatau akan melakukan erupsi lagi seperti yang terjadi pada Sabtu (22/12) atau bahkan akan berhenti sama sekali. Meski begitu, masyarakat dihimbau untuk tetap menjaga jarak dalam radius lima kilometer dari kawah. Status Anak Krakatau juga masih berada di level III Siaga.

Terkait tsunami yang akan muncul ke depannya, BMKG sudah menyiapkan sirine Tsunami Early Warning Suystem (TEAS). Dengan piranti ini, BMKG bisa memberi peringatan dini di Lampung dan sekitarnya. Sirine tersebut tersebar di Kalianda, Lampung Selatan, dan Tanggamus.

Meskipun sirine ini mendeteksi tsunami berdasarkan gempa tektonik, namun hal itu dirasa sudah cukup, mengingat sebagian besar wilayah Lampung memiliki daerah pesisir pantai. BMKG juga mengimbau agar masyarakat selalu waspada.

(wk/wahy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru