Lewat unggahan sebuah foto di Instagram, Sahrul Gunawan turut memberikan tanggapan soal ceramah salib ustaz Abdul Somad yang kini sedang menjadi kontroversi.
- Lailatul Maghfiroh
- Kamis, 22 Agustus 2019 - 14:30 WIB
WowKeren - Ustaz Abdul Somad alias UAS menuai kecaman karena terkesan menghina lambang agama Kristen yaitu salib. Dalam sebuah dakwah, Somad seolah menganggap ada jin kafir di sebuah salib.
Hal ini lantas menjadi boomerang di tengah-tengah masyarakat. Kini Sahrul Gunawan turut menyampaikan pendapatnya lewat postingan foto ustaz Somad di Instagramnya.
“Agak terganggu sy dgn postingan pihak2 yg mengatasnamakan minoritas, kemudian menyalahkan statement dr ustad somad yg mewakili mayoritas. bukankah itu dikatakan beliau saat di majelis ilmu? di mesjid?” tulis Sahrul sebagai keterangan pada foto postingannya. “Sy pikir, siapapun kita, berhak utk membenarkan sesuatu yg berkaitan dgn keyakinan kita. kecuali itu bkn pd tempatnya. kenapa hrs jd rame sih? di sosmed byk yg mengait2an video tersebut sebagai penistaan agama tertentu.”
Hal ini disampaikan oleh Sahrul bukan lantaran dirinya seorang muslim. Melainkan karena ia ingin agar masyarakat dapat lebih bijak dalam membahas hal yang sensitif di negeri ini.
“Bukan karena sy islam lantas membela beliau. Bukan,” sambung Sahrul. “Sy jg berbeda pandangan politik dgn beliau, tp beliau ttp adalah guru sy di dlm sy memahami agama yg sy anut. semua agama benar bagi penganutnya, bkn hrs membenarkan satu sm lainnya. diam, itu lbh baik.”
Sahrul juga menyesalkan masalah ini harus ramai di saat momen peringatan hari kemerdekaan Indonesia. Ia tak ingin masalah ini nantinya dapat memecah belah persatuan Indonesia.
”Terlebih issue ini berkembang disaat suasana perayaan kemerdekaan RI. ‘berbeda’ itulah yg mempersatukan kita. bkn masalah ‘minoritas’ atau ‘mayoritas’, kalau itu yg terjadi di negara kita, indonesia sdh menjadi negara islam sejak dl. tp alhamdulillah kita punya dasar negara yg menyatukan ras, suku dan agama kita. semua hidup berdampingan,” pungkas Sahrul. ”Yuk kita jaga ‘persatuan’ kita dengan tetap menjaga ‘perbedaan’ ini.”
(wk/lail)
