Buntut Konflik Natuna, Indonesia Diminta Waspada Serangan Siber Tiongkok
Nasional

Imbas dari konflik yang terjadi di perairan Natuna, Kepulauan Riau antara Indonesia dengan Tiongkok dikhawatirkan berpotensi merambah ke peperangan siber kedua negara.

WowKeren - Situasi yang terjadi di perairan Natuna, Kepulauan Riau masih memanas. Pasalnya, Tiongkok baru-baru ini secara sepihak telah mengklaim kedaulatan atas perairan Natuna. Tak sampai disitu, saat ini kapal-kapal nelayan Tiongkok juga masih berlayar bebas di perairan Natuna sehingga memicu ketegangan dengan pihak Indonesia.

Imbas dari konflik Natuna yang belum terselesaikan dikhawatirkan akan merambah ke peperangan siber antara Indonesia dengan Tiongkok. Pengamat keamanan siber dari Cyber Security Forum Satriyo Wibowo meminta agar Indonesia mulai mewaspadai serangan siber dari Tiongkok.

Satriyo mengatakan jika pemerintah Indonesia perlu bersiap dalam mempertahankan diri dari serangan peretas Tiongkok. Menurutnya, Tiongkok berpotensi melakukan peretasan dan pencurian informasi rahasia negara akibat persoalan di Natuna.

"Pemerintah juga harus bersiap akan risiko peretasan dan pencurian informasi rahasia negara akibat krisis Natuna," ujar Satriyo seperti dilansir dari CNNIndonesia. "Serta memperkuat perlindungan akan infrastruktur informasi kritis nasional."


Satriyo mengatakan jika perang siber dengan tujuan politik telah ditegaskan NATO sebagai tindakan perang. Pasalnya, perang siber merupakan salah satu metode atau sarana untuk berperang di mata para ahli mengenai hukum Internasional dalam Talinn Manual 1.0.

"Suatu serangan siber yang dilakukan langsung atau tidak langsung oleh satu negara kepada infrastruktur siber negara lain dengan tujuan politik," jelas Satriyo. "Hal ini didefinisikan sebagai suatu tindakan perang oleh NATO."

Apalagi, Tiongkok sejauh ini terkenal memiliki banyak kelompok peretas yang sangat aktif dalam melakukan kegiatan spionase dan pencurian data. Tiap kelompok memiliki target industri tertentu di negara tertentu pula.

Satriyo menjelaskan jika sasaran siber biasanya menyerang industri dirgantara, satelit, pertahanan, konstruksi, energi, telekomunikasi, teknologi tinggi. Selain itu, peretasan juga biasa menyerang sektor maritim, finansial, kesehatan, pertambangan, serta pemerintahan di hampir semua negara di seluruh kawasan.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo dengan tegas mengatakan jika Pemerintah Indonesia akan terus mempertahankan kedaulatannya. Oleh karena itu, tidak akan ada kompromi terkait klaim Tiongkok yang mengancam kedaulatan RI.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru