Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga turut meminta Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menghapus konten-konten negatif semacam itu agar tidak meracuni milenial.
- Zodiak Yanuarita
- Minggu, 16 Februari 2020 - 13:35 WIB
WowKeren - Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ikut menanggapi ramainya skullbreaker challenge yang marak di media sosial. Ketua KPAI Susanto mengatakan bahwa aksi tersebut sangat membahayakan kesehatan sang anak.
Susanto menekankan agar para orang tua dan guru selalu mengawasi anak-anak mereka. "Ini sangat berbahaya untuk anak. Maka, kepada guru dan orang tua agar waspada. Jika ada anak-anak yang berpotensi melakukan hal yang sama harus dicegah sedini mungkin," kata Susanto dilansir Detik, Minggu (16/2).
Selain itu, Susanto juga meminta bantuan kepada Kementerian Komunikasi dan Informasi untuk mengambil langkah. Ia ingin agar Kominfo menghapus konten-konten negatif semacam itu. Sebab jika tidak dihapus, konten-konten tersebut berpotensi menginspirasi anak-anak untuk melakukan aksi serupa.
"Kominfo juga perlu melakukan langkah sesuai kewenangan yang dimiliki," lanjut Susanto. "Agar ini tidak dilihat dan menginspirasi anak melakukan hal yang sama. Bukan TikTok-nya tapi konten negatifnya (yang dihapus)."
Seperti diketahui, skullbreaker challenge tengah marak di media sosial. Dalam aksi ini, terdapat tiga orang remaja yang berdiri sejajar dan melompat bersama-sama.
Dua orang yang berada di samping kiri dan kanan akan menendang kaki orang yang berada di tengah hingga jatuh ke belakang. Sehingga kemungkinan besar kepala atau punggungnya akan terbentur ke lantai.
Tantangan yang sedang naik daun di aplikasi TikTok ini dianggap sangat berbahaya. "Kami meneruskan imbauan dari Divisi Humas Polri soal skullbreaker challenge yang berbahaya," kata Kabid Humas Polda Kalteng Kombes Hendra Rochmawa, Sabtu (15/2).
Tantangan ini dilaporkan telah memakan korban di Amerika Serikat. Seorang pelajar SMA di Miami, Florida dilaporkan mengalami luka setelah melakukan tantangan tersebut.
(wk/zodi)
