Tiongkok Soal Corona Bunuh Ribuan Orang: Lebih Rendah Dari Ebola
Barcroft Media/Getty Images
Dunia

Virus corona telah membunuh ribuan orang di berbagai negara, Tiongkok mengklaim jika wabah tersebut masih jauh lebih rendah ketimbang kasus ebola beberapa tahun lalu.

WowKeren - Wabah virus corona (COVID-19) saat ini begitu mengguncang dunia setelah dilaporkan menewaskan lebih dari 2.000 orang. Meski angka kematian akibat virus corona begitu tinggi, namun Pemerintah Tiongkok mengklaim jika hal tersebut masih tidak sebanding dengan tingginya korban akibat Ebola, SARS, MERS, dan virus besar lainnya.

Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia, Xiao Qian lantas menggunakan data penelitian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan beberapa jurnal kesehatan lainnya sebagai pendukung pernyataannya. Dalam beberapa penelitian disebutkan jika angka kematian akibat virus corona per 23 Februari 2020 hanya sebesar 3,3 persen.

Padahal, epidemi tersebut telah menewaskan lebih dari 2.600 orang di dunia. Angka tersebut rupanya masih lebih rendah ketimbang angka kematian akibat virus Ebola yang mencapai 40,4 persen.

"Secara komparatif berbicara tingkat kematian akibat COVID-19 itu rendah," kata Xiao saat berbicara di forum Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) di Jakarta pada Senin (24/2). "Tingkat fatalitas Ebola 40,4 persen, sementara per hari ini Covid-19 antara 2,3 atau 3,3 persen terus berubah."


Selain Ebola, Xiao juga membeberkan tingkat kematian SARS yang masih lebih tinggi dari virus corona yaitu sebesar 9,6 persen. Sementara itu, angka kematian MERS dan virus N1H1 masing-masing sekitar 34,4 persen dan 77.6 persen.

Xiao juga mengatakan jika tingkat kesembuhan pasien pengidap virus corona masih terus meningkat. Tiongkok sebagai negara yang memiliki warga positif corona paling banyak saat ini masih terus mengembangkan vaksin hingga berbagai pengobatan guna menyembuhkan pasien.

Bahkan, dokter dan ilmuwan di Tiongkok diklaim telah menemukan sejumlah obat yang dinilai menunjukkan efektifitas dalam menyembuhkan pasien corona. Meski demikian, formula penyembuhan yang diteliti Beijing ini masih membutuhkan waktu yang lama dengan sejumlah prosedur kompleks agar sukses dijadikan vaksin.

"Hingga kini beberapa formula telah kami temukan dan saat ini kami tengah mengujicobakan terhadap binatang," jelas Xiao. "Kami berharap ini memakan waktu kurang dari setahun, mungkin dua atau tiga bulan, untuk memiliki vaksin yang cocok untuk pasien."

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru