Veronica Koman Ungkap Fakta Asli di Balik Evakuasi Ribuan Warga Akibat KKB Papua
Twitter/albertsamuel28
Nasional

Ribuan warga Tembagapura, Papua mendesak aparat mengevakuasi mereka usai KKB secara beringas menyerang area sekitar Freeport. Namun Veronica Koman ternyata punya pandangan berbeda soal kejadian ini.

WowKeren - Baru-baru ini ribuan warga di Distrik Tembagapura, Papua mendesak aparat agar dievakuasi. Pasalnya mereka mengaku tidak aman pasca kelompok kriminal bersenjata (KKB) kembali bertindak beringas di wilayah tersebut.

Seorang warga setempat bernama Septinus mengungkap KKB itu merangsek masuk ke perkampungan dan mengambil paksa barang-barang mereka. Oleh karena itu para warga bergegas kabur dan minta dievakuasi ke Timika, tak peduli mereka hanya membawa barang seadanya.

"Kami di kampung sudah tidak aman, jadi kami kasih tinggal kampung untuk keselamatan nyawa kami," ujar Septinus, Minggu (8/3). "Selain itu bahan makanan kami juga sudah tidak ada, sehingga kami akan ke Timika untuk tinggal di rumah keluarga."

"Nyawa lebih penting, hewan (ternak) itu milik dunia, kami kasih tinggal dan itu sudah pasti diambil oleh mereka," imbuhnya, dilansir dari Grid, Rabu (11/3). "Biar Tuhan yang menghukum mereka."

Kejadian ini tentu menyita perhatian banyak orang, tak hanya dari kalangan sipil tetapi juga pemerintah. Salah satu yang ikut mengomentari adalah tersangka provokasi kasus rasisme Papua, Veronica Koman.


Tersangka yang berstatus buron ini rupanya punya pandangan berbeda soal desakan evakuasi tersebut. Veronica menilai warga meminta untuk dievakuasi bukan karena takut dengan aksi KKB, tetapi lantaran terjepit di tengah konflik bersenjata.

Pendapat ini Veronica sampaikan lewat Twitter-nya. Dalam pandangannya, Veronica membantah bila KKB melakukan teror dan intimidasi kepada warga, seperti yang banyak diungkap di media nasional.

"Warga yang mengungsi dari Tembagapura ke Timika adalah sipil yang terjepit di tengah-tengah konflik bersenjata," ungkap Veronica, Selasa (10/3). "Narasi 'teror OPM' menegasikan tanggung jawab pusat untuk menyelesaikan akar konflik. Mereka mengungsi karena trauma jadi salah sasaran aparat, bukan karena teror OPM."

"Menurut beberapa warga Banti dan Opitawak yang kini sudah mengungsi ke Timika, ketika bicara dengan saya, mereka mengaku mengungsi atas inisiatif sendiri akibat trauma, bukan karena dipaksa OPM maupun aparat keamanan," imbuh Veronica. "Mereka adalah sipil yang terjepit di tengah konflik bersenjata."

Veronica pun berharap agar krisis yang terjadi bisa segera terselesaikan. Apalagi karena kejadian semacam ini sudah kerap terjadi sejak tahun 1961 silam.

"Kejadian seperti krisis Tembagapura ini sudah berulang-ulang terjadi, bahkan masih berlangsung di Nduga dan Intan Jaya juga. Orang Papua sudah sampe hafal polanya," pungkasnya. "Mau hingga kapan seperti ini? Siapa presiden yang akan berani menyelesaikan konflik sejak 1961 ini?"

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru