Peneliti Temukan Virus Corona Sudah 'Beranak' Jadi 3 Jenis, Apa Saja?
Health

Pakar genetika mengungkap virus Corona penyebab COVID-19 saat ini sudah bertransformasi menjadi 3 varian sesuai penyusunnya. Begini penjelasan selengkapnya.

WowKeren - Tantangan yang mesti dihadapi para peneliti dan ahli medis dalam mengatasi wabah virus Corona berlipat ganda. Sebab baru-baru ini sejumlah pakar genetika menemukan bahwa virus Corona penyebab COVID-19 sudah bertransformasi menjadi 3 varian berbeda.

Hal ini diungkapkan tim ilmuwan yang dipimpin Dr Peter Forster, pakar genetika dari University of Cambridge. Dalam riset yang diterbitkan Proceeding of the National Academy of Science USA (PNAS), Forster dan tim mengungkapkan kalau virus Corona sudah berketurunan.

Dalam riset berjudul "Phylogenetic Network Analysis of SARS-CoV-2 Genomes", Forster dan tim melakukan pengusutan genom atau kandungan genetis pada virus Corona. Dari sana kemudian dibuatlah pohon silsilah keluarganya dengan membandingkan kemiripan susunan genetisnya dengan virus yang masih berkerabat.

"Teknik ini dikenal untuk memetakan pergerakan populasi manusia prasejarah lewat DNA. Ini baru pertama kali dipakai untuk melacak jalur infeksi virus Corona seperti COVID-19," tutur Forster, seperti dilansir dari Metro Inggris, Senin (13/4).

Mereka memakai 160 genomes virus Corona dari seluruh dunia dalam periode Desember 2019-Maret 2020. Tim menemukan 3 varian dengan perubahan asam amino. Mereka namakan Varian A, B dan C.


Varian A adalah yang paling tua dan dekat dengan virus Corona kelelawar. Varian B adalah keturunan dari Varian A, dan Varian C adalah keturunan dari Varian B.

Namun penemuan virus-virus dengan varian ini juga menarik. Sebab semestinya virus Corona varian A banyak ditemukan di Wuhan sebagai episentrum wabah pertama kali, namun nyatanya virus ini justru lebih banyak ditemukan di Amerika Serikat dan Australia.

Di Wuhan sendiri justru varian B, atau keturunan varian A, lah yang paling banyak ditemukan. Forster pun menduga Amerika tertular varian A dari pasien yang sempat lama berdomisili di Wuhan. Oleh karena itu, Forster juga menduga AS dan Australia merupakan negara non-Tiongkok pertama yang tertular COVID-19.

Varian B kemudian menular ke berbagai daerah Tiongkok dan berkembang ke nyaris seluruh wilayah dunia. Sedangkan varian C berada paling banyak di Singapura yang kemudian menular ke Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan.

Jumlah 160 sampel yang diperiksa tentu tak sebanding dengan 1,8 juta lebih kasus positif COVID-19 di berbagai penjuru dunia. Oleh karena itu Forster dan tim berencana untuk terus memperbarui data mereka, termasuk berpotensi mengambil sampal edari Indonesia.

Tim ilmuwan ini berharap, penelitian mereka berguna untuk melacak penyebaran virus Corona. Pada akhirnya nanti ini bisa membantu mencegah penyebaran lebih luas dan membantu penyembuhan jika vaksin telah ditemukan.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru