Jumlah Kasus Corona di Bali Dicurigai Lebih Banyak Dari Data yang Dilaporkan, Ini Penyebabnya
Nasional

Pakar virologi dari Universitas Udayana, I Gusti Ngurah Kade Mahardika, meragukan pujian yang diberikan kepada pemerintah Bali terkait penanganan virus corona (COVID-19). Begini penjelasannya.

WowKeren - Pemerintah Provinsi Bali sempat dipuji mampu menekan kasus corona (COVID-19) tanpa menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Hingga Kamis (14/5) kemarin, Pemprov Bali melaporkan 337 kasus positif COVID-19.

Sayangnya, pujian tersebut justru dipertanyakan. Akademisi menduga bahwa jumlah kasus COVID-19 di Bali sebenarnya lebih banyak dari data yang dilaporkan.

Salah satu pihak yang meragukan penanganan COVID-19 di Bali adalah pakar virologi dari Universitas Udayana, I Gusti Ngurah Kade Mahardika. Ia menduga ada banyak kasus COVID-19 yang belum terdeteksi lantaran pemerintah Bali selama ini tidak gencar menelusuri kontak pasien positif corona.

"Datanya segitu mungkin benar karena segitu yang terdeteksi. Dari segi virologi, 300-an kasus itu sangat rendah," tutur Mahardika dilansir BBC Indonesia pada Jumat (15/5). "Tracing itu tidak terjadi. Kalau benar sudah dilakukan penelusuran, sampaikan ke publik bahwa si A terpapar oleh B, B terpapar oleh C."

Menurut Mahardika, otoritas setempat tidak pernah menyampaikan siapa yang menularkan COVID-19 kepada siapa. "Itu tidak pernah disampaikan. Bahasa yang digunakan adalah sekian persen transmisi lokal, tapi siapa yang menularkan, di mana dan apa langkah penanggulangan selanjutnya," ujar Mahardika.


Otoritas Bali sendiri telah mengklaim bahwa pihaknya giat menelusuri kontak pasien positif COVID-19. Menurut Ketua Tim Lab Pemeriksaan Kasus COVID-19 Bali, Ni Nyoman Sri Budayanti, prosedur tersebut dilakukan melalui Desa Adat.

"Pemerintah Bali rajin melakukan tracing karena ada sistem desa adat dan pemuka agama yang bisa diajak berkolaborasi," tegas Sri. "Peran Desa Adat besar sekali karena di Bali kami tidak menggunakan sistem RT/RW tapi banjar. Itu yang membuat sesama warga tahu yang terjadi di sekitarnya."

Lebih lanjut, Sri menjelaskan bahwa jumlah tes PCR di Bali memang tidak lebih banyak dibanding daerah lain. Namun, Sri menyatakan bahwa pemeriksaan spesimen secara cepat menjadi kunci deteksi kasus COVID-19 di Pulau Dewata.

"Setiap tempat di Indonesia tesnya belum cukup. PCR juga tidak ada di setiap tempat. Di Bali, sebagian sampel dikirim ke RS Sanglah," pungkas Sri. "Setiap tempat di Indonesia tesnya belum cukup. PCR juga tidak ada di setiap tempat. Di Bali, sebagian sampel dikirim ke RS Sanglah."

Sebagai informasi, tingkat kesembuhan COVID-19 di Bali merupakan yang tertinggi secara nasional. Dari total 337 pasien, 223 orang di antaranya telah dinyatakan sembuh. Sedangkan tingkat kematian COVID-19 di Bali juga termasuk salah satu yang terendah secara nasional.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait