Ini Hal yang Paling Dibutuhkan Dalam Situasi 'New Normal' di Tengah Corona
Nasional

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mendorong adanya tentang protokol kesehatan dalam kondisi new normal di Indonesia.

WowKeren - Pandemi corona (COVID-19) telah menuntut dunia untuk memasuki tahap new normal. Tahap ini membuat masyarakat kembali beraktivitas seperti biasa namun tetap dengan menerapkan protokol COVID-19.

Menurut Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro, alat rapid test menjadi hal yang paling diperlukan dalam menghadapi kondisi new normal. Oleh sebab itu, Bambang mendorong riset untuk mengembangkan alat tes COVID-19 yang lebih sensitif, akurat, dan cepat.

"Rapid test akan criticial di masa depan," tutur Bambang dalam konferensi video pada Senin (18/5). "Karena untuk mengecek seseorang positif COVID-19, tentu tidak bisa mengandalkan termometer seperti sekarang."

Menurut Bambang, alat rapid test yang semakin akurat dan cepat bisa digunakan untuk melakukan seleksi dalam kegiatan yang melibatkan banyak orang. Berdasarkan hasil rapid test tersebut, bisa ditentukan siapa saja yang boleh masuk ke dalam kegiatan tersebut dan siapa yang tidak.


"Sehingga paling tidak setiap pertemuan atau event, maka rapid test menjadi alat seleksi," terang Bambang. "Siapa yang boleh masuk, siapa yang tidak."

Lebih lanjut, Bambang mengaku saat ini baru ada 10 ribu unit alat rapid test dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Universitas Mataram, Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Airlangga. Alat rapid test tersebut telah dipakai dan divalidasi di Jawa Tengah. Sebanyak 40 ribu alat rapid test juga siap diproduksi pada akhir bulan ini usai mendapat izin edar.

Sementara itu, Kemenristek sendiri telah mengucurkan dana sebesar Rp 60,6 miliar untuk menbiayai proposal riset dan inovasi untuk melawan COVID-19. Selain itu, pengajuan proposal tahap kedua dengan anggaran Rp 30 miliar juga sudah dibuka.

Nantinya, proposal riset tahap kedua ini diharapkan tidak hanya fokus pada penelitian hardcore seperti vaksin, rapid test, atau suplemen. Namun juga berfokus pada penelitian sotfcore seperti dampak sosial dan ekonomi dari pandemi corona ini.

Bambang juga mendorong adanya tentang protokol kesehatan dalam kondisi new normal di Indonesia dengan menyesuaikan daerah masing- masing. "Riset COVID-19 ada kesempatan lagi, fokus berkualitas melhat yang belum ada. Kita tidak bicara banyak-banyakan, lebih ke arah kebutuhan kualitas inovasi," ungkap Ketua Konsorsium COVID-19 Ali Ghufron.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait