Angka Kematian Anak Karena COVID-19 di Indonesia Tinggi, Inikah Alasannya?
Health

Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr Aman B Pulungan, mengungkapkan bahwa jumlah kematian anak pasien COVID-19 di Tanah Air telah naik menjadi 26 orang per 1 Juni 2020.

WowKeren - Indonesia telah melaporkan 28.233 kasus positif COVID-19 per Rabu (3/6) kemarin. Dari jumlah tersebut, sebanyak 8.406 pasien dinyatakan sembuh dan 1.698 orang meninggal dunia.

Jumlah anak yang terdeteksi positif COVID-19 di Indonesia sendiri rupanya tidak sedikit. Di Kota Surabaya saja, ada 127 anak yang terpapar corona, sementara di Nusa Tenggara Barat (NTB) ada 86 anak.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) yang menelusuri dan menghitung secara mandiri data COVID-19 pada anak Indonesia mencatat ada setidaknya 3.324 anak yang berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) per 18 Mei 2020 lalu. IDAI juga menemukan bahwa 129 anak PDP di antaranya meninggal dunia.

Sedangkan jumlah anak yang dinyatakan positif COVID-19 telah mencapai 584 anak. 14 anak di antaranya meninggal dunia dengan status positif COVID-19.


Ketua Umum IDAI, dr Aman B Pulungan, mengungkapkan bahwa jumlah kematian anak pasien COVID-19 di Tanah Air telah naik menjadi 26 orang per 1 Juni 2020. Selain itu, setidaknya ada 160 anak yang meninggal dunia dengan status PDP.

"Temuan ini menunjukkan bahwa angka anak yang sakit dan kematian anak akibat COVID-19 di Indonesia tinggi dan membuktikan bahwa tidak benar kelompok usia anak tidak rentan terhadap COVID-19 atau hanya akan menderita sakit ringan saja," jelas Aman dilansir ABC Indonesia pada Kamis (4/6). "Tidak pernah ada dokter anak yang mengatakan anak tidak rentan atau COVID-19 tidak berakibat fatal pada anak, jadi berarti ada ignorance dan unawareness pada kesehatan anak Indonesia selama ini."

Lebih lanjut, IDAI menjelaskan bahwa angka ini menunjukkan bahwa Indonesia memiliki tingkat kematian anak pasien COVID-10 tertinggi di kawasan Asia Tenggara. Negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Vietnam mencatat nol kasus anak yang meninggal dunia akibat COVID-19. Sedangkan secara global, penelitian ilmiah dan pemberitaan hanya mencatat 2 orang anak di Tiongkok dan 4 orang anak di Amerika Serikat yang meninggal dunia akibat COVID-19.

Menurut Aman, angka kasus dan kematian anak terkait COVID-19 yang tinggi di Tanah Air menunjukkan lemahnya ketahanan kesehatan anak Indonesia. "Diare dan pneumonia masih menjadi pembunuh nomor satu dan dua di Indonesia, angka TBC kita nomor dua di dunia, angka stunting kita tinggi, malnutrisi kita tinggi, coverage imunisasi kita rendah," terang Aman.

Aman lantas menduga bahwa faktor-faktor ini menjadi penyebab COVID-19 pada anak dapat berakibat fatal di Indonesia. "Faktor komorbid pada kita bukanlah diabetes atau penyakit lain semacamnya. Jadi kalau kita lihat, komorbidnya kalau pada bayi tentulah bukan penyakit yang aneh-aneh, karena (kelompok anak) yang paling banyak meninggal itu adalah kelompok umur 29 hari sampai 1 tahun baru kemudian kelompok balita," pungkas Aman.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait