Aktivis pemerhati hak warga kulit hitam asal Florida itu tewas bersama seorang wanita 75 tahun. Kepolisian masih menyelidiki kematiannya dan menganggap kasusnya sebagai pembunuhan.
- Luthfiatun Nisa
- Kamis, 18 Juni 2020 - 09:30 WIB
WowKeren - Oluwatoyin 'Toyin' Salau, seorang remaja berusia 19 tahun yang merupakan aktivis pemerhati hak warga kulit hitam asal Florida, ditemukan tewas setelah dinyatakan hilang selama seminggu pada Sabtu pekan lalu.
Salau ditemukan tewas bersama seorang perempuan berusia 75 tahun bernama Victoria Sims. Kepolisian masih menyelidiki kematian Salau dan menganggap kasusnya sebagai pembunuhan.
Dilansir dari CNN pada Kamis (18/6), Salau terakhir kali terlihat oleh kerabat pada 6 Juni lalu, hari di mana ia mengakui bahwa dirinya mengalami pelecehan seksual melalui sebuah kicauan di Twitter.
Kicauan itu berisikan kronologi singkat tentang pelecehan yang dialami oleh Salau. Dalam kicauan itu Salau mengatakan bahwa ia mengalami pelecehan oleh seorang pria yang menawarkan tumpangan ketika dirinya ingin mengambil barang-barang yang tertinggal di sebuah gereja.
Pelecehan tersebut dilakukan ketika Salau sedikit terlelap di mobil. Kepolisian Tallahassee dilaporkan telah menangkap seorang tersangka bernama Aaron Glee berusia 49 tahun.
Sementara itu, Sims merupakan seorang sukarelawan organisasi non-profit AARP. Namun pihak keluarga menolak memberikan komentar apapun terkait kematian Sims.
Kematian Salau terjadi ketika isu rasisme kembali mencuat di kalangan masyarakat Amerika Serikat. Demonstrasi besar anti-rasisme telah berlangsung di seluruh penjuru AS sejak kurang lebih tiga minggu terakhir.
Demonstrasi ini dipicu akibat kematian George Floyd, seorang warga kulit hitam yang tewas akibat ulah polisi kulit putih Minneapolis. Mereka turun ke jalan dan menggelar demonstrasi besar-besaran untuk menuntut keadilan.
Kematian Floyd dinilai menjadi puncak amarah warga Amerika terkait diskriminasi dan sikap rasisme yang sistematis, terutama terhadap perlakuan aparat kepada warga kulit hitam dan minoritas.
Aksi protes pertama kali pecah di Minneapolis sehari setelah kematian Floyd hingga akhirnya menyebar ke seluruh penjuru AS. Demonstrasi dan gerakan solidaritas untuk Floyd dan anti-rasisme secara keseluruhan bahkan turut berlangsung di sejumlah negara Eropa, Amerika Latin, hingga Asia.
Belum mereda demonstrasi akibat kematian Floyd, pekan lalu seorang warga kulit hitam lainnya yakni Rayshard Brooks juga ditemukan tewas usai ditembak oleh polisi di Atlanta, Georgia.
Insiden penembakan Brooks ini terjadi pada Jumat (12/6) lalu ketika polisi berupaya menangkap Brooks di sebuah restoran cepat saji Wendy's di Atlanta. Awalnya, karyawan Wendy's melaporkan kepada pihak berwenang bahwa ada pria yang tertidur di dalam mobil di jalur drive-thru restoran. Pria tersebut adalah Brooks.
Biro Investigasi Georgia (GBI) menuturkan aparat lalu bergegas menuju lokasi dan mendapati Brooks tengah terlelap di dalam mobilnya. Polisi lalu melakukan tes kesadaran diri terhadap Brooks.
Brooks dinyatakan mabuk dan menolak untuk ditangkap hingga terlibat perkelahian. Brooks berhasil lolos dan mencoba kabur sambil membawa alat kejut listrik atau taser yang dipegang salah satu petugas. Belum jauh kabur, salah satu petugas yang mencoba menangkapnya melontarkan tembakan sebanyak tiga kali ke arah Brooks.
(wk/luth)