Geger Tulisan Dono Warkop, Kritik Cara Kerja Polisi Era Orde Baru Bikin Heboh
Instagram
Selebriti

Warganet Twitter dihebohkan dengan beredarnya tulisan lawas Dono Warkop yang berisi kritik terhadap kinerja polisi di era orde baru. Ternayata, mendiang Dono adalah penulis berbakat dengan karya-karya satire-nya.

WowKeren - Nama Dono Warkop sedang ramai dibicarakan warganet hingga menjadi trending topic di Twitter. Ternyata, pemicunya adalah tweet yang diunggah oleh akun @fahrisalam pada Kamis (9/7).

Akun tersebut menyebarkan karya tulisan mendiang Dono yang sempat dipublikasikan di sebuah surat kabar. Hanya dalam kurun waktu beberapa jam, tweet tersebut langsung viral hingga disukai dan dikomentari ribuan warganet.

Banyak orang tak mengetahui kiprah Dono sebagai penulis, sebab ia memang sangat terkenal memerankan watak seorang yang lugu di Warkop. Selain itu, banyak warganet juga takjub dengan gaya tulisan Dono yang dinilai bagus. Tulisan berjudul "Kisah Sertu Jumadi" ini, berisikan kritik halus terhadap Kepolisian pada zaman orde baru yang mulai kehilangan wibawanya di mata masyarakat karena korup, persekongkolan maupun ketidakpedulian.

Dono menyorot soal oknum polisi yang punya kendaraan, yang sebenarnya tak mampu dibeli dengan hitungan gaji seorang polisi. Ia seolah curiga darimana polisi tersebut bisa mendapatkan banyak uang untuk membeli motor. Sedangkan gaji seorang polisi kala itu tak memungkinkan.

"Entah mengapa, akhir-akhir ini Pak Jumadi ikut arus 'berperut gendut'. Baju jatah dari kantor menjadi ketat menempel di badan, sehingga jalannya pun tampak lebih susah dari biasanya. Barangkali, ia ingin memenuhi standar stereotip polisi zaman sekarang," tulisnya menyindir.

Geger Tulisan Dono Warkop, Kritik Cara Kerja Polisi Era Orde Baru Bikin Heboh

Twitter


Selain itu, Dono juga menyorot soal sikap para polisi yang dinilai gagal memberikan rasa aman bagi masyarakat dari kejahatan. Ia menggambarkan lewat kisah polisi yang diam saja melihat seorang perempuan ditodong bandit.

"Saat polisi itu turun di sebuah halte, hampir seluruh penumpang berkomentar: 'Polisi kok takut!,' 'Polisinya pasti sekongkol dengan penjahat itu!,' 'Suruh masuk Bhayangkari saja! Jangan ikut Bhayangkara!,' dan 'Iya, ganti saja namanya menjadi Deborah atau Yayuk!" sambung Dono.

Di balik kocaknya Dono sebagai komedian, pria bernama lengkap Drs. H. Wahyu Sardono, merupakan seorang akademisi alumnus Universitas Indonesia. Pada 1971, ia mengambil jurusan sosiologi di Fakultas Ilmu Sosial & Politik, di mana ia menjadi dosen di kemudian hari.

Semenjak kuliah, Dono dikenal mahasiswa aktif dan kritik yang berani bersuara lantang. Salah satu alasan direkrutnya Dono dalam Warkop Prambors (cikal bakal Warkop DKI) adalah karena ia doyan berhumor sembari menyerempet ranah politik dan isu sosial. Bahan tersebut juga kerap menjadi isu yang ditulisnya.

Lagi, tak banyak yang tahu jika Dono rupanya telah menulis 5 judul buku. Di antaranya ada "Balada Paijo", novel "Cemara-Cemara", dan yang paling terlaris adalah buku keempatnya yang berjudul "Dua Batang Ilalang" yang diterbitkan pada 1999. Novel tersebut bertemakan kampus dan aktivisme mahasiswa, dengan catatan khusus di dalamnya: "Diselesaikan di saat negeri ini dalam keadaan sulit."

Kini, warganet bersyukur masih dapat menikmati karya-karya mendiang Dono. Tak sedikit pula yang berharap tulisan Dono yang diterbitkan di koran dapat dikumpulkan menjadi sebuah buku untuk mengenangnya.

(wk/lara)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terbaru