Pakar Ungkap ‘Outbreak Asymptomatic’ Picu Ledakan Kasus Corona Di Pulau Jawa
Nasional

Ahli epidemiologi memberikan penjelasan jika outbreak asymptomatik dapat menjadi pemicu terjadinya ledakan kasus dan angka kematian COVID-19 di Pulau Jawa. Ini penjelasannya.

WowKeren - Kasus penyebaran virus corona (COVID-19) di Indonesia didominasi dari Pulau Jawa. Ahli epidemiologi dari Universitas Griffith, Dicky Budiman turut menyoroti lonjakan kasus COVID-19 di Pulau Jawa, seperti di wilayah Jawa Timur, DKI Jakarta, dan Jawa Tengah.

Menurut Dicky, tingginya kasus penyebaran virus corona di Pulau Jawa ini berkaitan erat dengan kurangnya intervensi pemerintah. Selain itu, masyarakat juga dinilai kurang peduli terhadap protokol kesehatan pencegahan COVID-19.

”Fakta ilmiah bahwa COVID-19 merupakah musuh utama manusia saat ini,” ujar Dicky seperti dilansir dari CNNIndonesia, Sabtu (18/7). “Tapi aksi dan reaksi di banyak wilayah, dan juga masyarakat tidak merefleksikan fakta ilmiah ini.”

Lebih lanjut Dicky menilai jika virus asal Wuhan, Tiongkok tersebut memiliki kaidah hukum alam untuk menginfeksi manusia. Hal ini menyebabkan mayoritas manusia akan terus terancam infeksi COVID-19 sampai memiliki kekebalan sendiri. Contohnya sudah pernah terinfeksi atau sudah ditemukan vaksinnya.


Dicky turut membahas tentang outbreak asymptomatic yang dinilai menjadi penyebab ledakan kasus dan angka kematian di Pulau Jawa. Outbreak asymptomatic sendiri merupakan banyaknya pasien virus corona yang tidak memiliki gejala COVID-19 atau biasa disebut orang tanpa gejala (OTG).

Biasanya outbreak asymptomatic menimpa pada orang dewasa muda yang kemudian menularkan virus ke kelompok rentan. Diantaranya adalah lansia hingga orang yang memiliki komorbid atau penyakit penyerta. “Ini yang akan menimbulkan ledakan kasus kesakitan dan kematian,” jelas Dicky.

Dicky menilai jika Indonesia tengah memasuki fase rawan penularan virus corona mulai bulan Juli hingga September. Oleh sebab itu, ia menyarankan pemerintah agar terus mengoptimalkan berbagai upaya pencegahan penularan virus.

Terlebih, belakangan ini banyak masyarakat Indonesia yang cenderung mulai menganggap pandemi virus corona telah terakhir akibat kebijakan pemerintah melakukan pelonggaran aktivitas. “Padahal fakta ilmiahnya tidak mendukung itu. Hal ini juga diperberat dengan masih minimnya cakupan tes di berbagai provinsi di Jawa, kecuali DKI,” pungkasnya.

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru