Kebakaran Gedung Kejagung Diduga Kecelakaan, Pengamat Intelijen Sigap Bongkar Kejanggalan
Nasional

Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta, mengungkap beberapa kejanggalan yang mengarah pada kecurigaan adanya sabotase di balik kecelakaan Gedung Kejagung pada Sabtu (22/8) kemarin.

WowKeren - Pada Sabtu (22/8) malam kemarin, Gedung Kejaksaan Agung habis dilalap si jago merah. Peristiwa ini pun langsung memancing "cocoklogi" dari beberapa pihak, apalagi karena beberapa kasus besar tengah diselidiki oleh Kejagung seperti kasus hak tagih (cessie) Bank Bali dengan tersangka Djoko Tjandra dan beberapa pejabat lain, atau megakorupsi Jiwasraya.

Namun Kejagung sendiri secara tersirat memberikan bantahan soal isu tersebut. Mereka menyatakan tak keberatan dengan berbagai spekulasi yang beredar, selama tetap didasarkan pada bukti yang ada atau malah menjadi fitnah belaka.

Perihal kebakaran hebat ini pun belakangan ikut memicu rasa penasaran dari Pengamat Intelijen dan Keamanan, Stanislaus Riyanta. Stanislaus mengaku mendapati sejumlah kejanggalan dalam peristiwa tersebut.

"Kalau saya melihat seperti ini, agak janggal kalau ini tampak seperti kecelakaan biasa," kata Stanislaus, Senin (24/8). Perihal penyebab di balik insiden ini pun masih diusut oleh polisi dan tim Kejagung.

Ada beberapa hal yang meyakini analisisnya tersebut. Yang pertama karena rembetan api yang tampak begitu cepat melahap gedung utama Kejagung. Nyaris seluruh bagian gedung utama terbakar.


Dengan demikian, perangkat mitigasi seperti pendeteksi api (fire detector) dan pendeteksi asap (smoke detector) kebakaran sepertinya tidak bekerja. Hal ini memicu kecurigaannya soal ada sabotase di balik kebakaran yang terjadi.

"Kemungkinan sabotase itu bisa saja," terang Stanislaus, dilansir dari Merdeka. "Apalagi, ada indikasi terbakar dengan cepat, sangat besar, (perangkat) aspek-aspek pencegahan tidak berjalan."

Asumsi selanjutnya, Gedung Kejagung sudah beberapa kali terbakar terutama ketika berhadapan dengan kasus-kasus besar. Yang terparah misalnya, terjadi pada 2000 silam ketika Kejaksaan tengah memeriksa Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto atas kasus yang turut melibatkan ayahnya.

"Satu jam setelah Tommy Soeharto meninggalkan gedung, di situ ada bom," kata Stanislaus. "Bom itu jelas disengaja."

Kendati demikian, Stanislaus mendorong Polri untuk terus menginvestigasi secara transparan dan komprehensif. "Apakah ini disengaja atau tidak, menunggu (hasil pengusutan) polisi," tuturnya.

Selain itu, Stanislaus juga mengimbau agar Kejagung mempercepat ritme kerjanya dalam mengusut berbagai kasus besar tersebut. "Kalau perlu dipercepat supaya negara tidak kalah dengan orang-orang bermasalah," pungkasnya tegas.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru