Pengakuan Mengerikan Teroris Christchurch Selandia Baru: Menyesal Karena Korban Kurang Banyak
AFP/Mark Mitchell
Dunia

Brenton Tarrant, teroris penembakan masjid Kota Christchurch, Selandia Baru mengungkapkan rasa sesal karena jumlah korban yang ditimbulkan aksinya terlampau sedikit.

WowKeren - Maret 2019 lalu Kota Christchurch, Selandia Baru menghadapi sebuah peristiwa berdarah. Brenton Tarrant, seorang teroris ultrakanan pertama di Selandia Baru, tega memberondong Masjid Christchurch dengan peluru dari senapan semiotomatisnya.

Kekinian Tarrant pun akan menghadapi vonis hukuman yang dijatuhkan lewat serangkaian persidangan sejak Senin (24/8). Namun publik tampaknya sekarang lebih fokus pada pengakuan mengerikan yang disampaikan Tarrant dalam kesempatan tersebut.

Tarrant dalam pengakuannya, seperti yang disampaikan oleh Jaksa Barnaby Hawes, rupanya merasa menyesal atas perbuatannya. Mengerikannya, Tarrant rupanya menyesal karena merasa korban yang ditimbulkan terlalu sedikit.

Hawes bahkan menyebut Tarrant sudah menyiapkan bahan bakar untuk menghanguskan masjid lain di Ashburton. Namun rencananya gagal karena polisi bergerak cepat meringkus Tarrant.

"Terdakwa sendiri yang mengatakan bahwa aksi ini dilakukan untuk menghadirkan rasa takut kepada kelompok yang dianggap penyusup," ujar Hawes, dilansir dari CNN, Rabu (26/8). "Termasuk komunitas muslim."


Pada persidangan itu, beberapa penyintas dan keluarga korban dihadirkan untuk memberi kesaksian. Seperti Gamal Fouda, Imam Masjid Al Noor yang tengah memberikan khotbah ketika Tarrant menyerang.

"Kebencian Anda sama sekali tak berdasar," kata Fouda, memberanikan diri untuk kembali "menantang" mata Tarrant yang duduk di kursi terdakwa. "Saat melihat dia, saya tahu dia merupakan teroris yang sudah tercuci otaknya."

Abdul Aziz Wahabzadah memberikan reaksi berbeda terhadap Tarrant. "Dia dengan seenaknya membunuh perempuan dan anak yang tak berdosa. Tapi, giliran diserang, dia lari seperti pengecut," kata Wahabzadah yang berhasil mengusir Tarrant dari Masjid Linwood Islamic Center.

Temel Atacocugu menjadi korban lain yang ikut bersuara di persidangan itu. Ia yang mendapat tembakan sampai 9 kali terpaksa menahan sakit dan berpura-pura mati agar selamat, mengabaikan sensasi darah dan cairan otak yang mengalir di wajahnya.

"Tindakan Anda tak bisa dimaafkan. Dan tujuan Anda gagal karena Selandia Baru justru makin bersatu," pungkas Maysoon Salama, ibu dari korban tewas Atta Elayyan, dilansir AFP.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru