Gejala Khas Pasien COVID-19 Lansia: Nafsu Makan Hilang Hingga Sikap Lebih Agresif
Health

Menurut Staf Medis Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM, Dr. Soejono, pasien lansia justru tidak banyak mengalami gejala batuk, sakit tenggorokan, atau demam sebelum didiagnosis positif COVID-19.

WowKeren - Pasien lanjut usia (lansia) yang terpapar virus corona (COVID-19) disebut memiliki gejala yang khas dibanding dengan kelompok usia lainnya. Menurut Staf Medis Departemen Ilmu Penyakit Dalam RSCM, Dr. Soejono, pasien lansia justru tidak banyak mengalami gejala batuk, sakit tenggorokan, atau demam sebelum didiagnosis positif COVID-19.

"Gejala yang muncul adalah tiba-tiba nafsu makannya hilang, atau tiba-tiba dia alami perubahan perilaku atau kesadarannya berubah," ungkap Dr. Soejono dalam diskusi yang disiarkan di kanal YouTube BNPB Indonesia pada Rabu (14/10). "Jadi gejalanya khas."

Sebagai contoh, pasien COVID-19 lansia terkadang mengalami penurunan proses intelegensia, seperti pikun atau cenderung lupa mudah ingatan. Sifat pasien lansia juga disebut saat menjalani perawatan dan tak semangat mengikuti terapi penyembuhan.

"Pasien-pasien yang sudah disertai pikun acapkali terjadi perubahan perilaku. Yang tadinya biasanya tenang kemudian jadi agresif. Yang tadinya bisa mudah diikutkan dalam proses rutinitas kesehatan keseharian, tiba-tiba menolak. Menjadi mondar-mandir kesana kemari enggak mau ikuti rutinitas yang dia kerjakan selama ini," papar Dr. Soejono. "Adanya perubahan seperti itu menyebabkan kita yang disekitarnya jadi lebih sensitif untuk anggap, jangan-jangan ada suatu kondisi penyakit akut di belakang perubahan perilakunya, apa pun perubahan perilaku itu."


Sementara itu, perawat bagian geriatri RSCM, Eva Rista Machdalena, mengungkapkan bahwa pasien COVID-19 lansia kerap merasa ditinggalkan keluarganya dan kesepian kala harus menjalani masa isolasi. Eva juga menyebut tidak sedikit pasien lansia yang merasa bersalah telah terpapar COVID-19 dan menularkannya ke anggota keluarga lain.

Menurut Eva, kekhawatiran pasien lansia ini seringkali membuat imunitas tubuh mereka menurun. Hal ini tentu mempengaruhi perawatan selanjutnya.

"Karena banyak sekarang mereka depresi, 'gara-gara saya keluarga saya tertular' dan merasa bersalah," tutur Eva. "Akhirnya mereka cenderung diam, tidak nafsu makan, dan akan mempengaruhi perawatan selanjutnya."

Oleh sebab itu, Eva sebagai perawat yang biasa berjaga di bangsal geriatri memberikan pendampingan pada pasien dan memberikan motivasi kesembuhan. Eva mengaku selalu memberikan waktu pada pasien atau keluarga yang ingin berkomunikasi.

"Contohnya, kita ada keluarga, sahabat (kena) COVID. Ada dokter, dari psikolog, untuk bawa HP supaya keluarga bisa berkomunikasi dengan pasien itu sendiri," pungkas Eva. "Dan untuk perawatan harus mendampingi pasien sendiri, karena pasien cenderung mudah depresi, sehingga perlu support system dari kita."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru