Rapid Test Antigen Ternyata Punya Kelemahan Besar: Bikin Pasien Positif Terkecoh
Getty Images/Aaron Lavinsky
Health

Rapid test antigen digadang-gadang menjadi metode diagnosis COVID-19 secara cepat namun lebih akurat ketimbang rapid test antibodi. Benarkah?

WowKeren - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mulai memperkenalkan metode pengujian COVID-19 yang lebih cepat, murah, namun akurasinya tidak seburuh rapid test antibodi. Masih berprinsip selayaknya rapid test, namun alat ini mendeteksi virus Corona dari sampel usap tenggorokan atau hidung.

"Rapid test kualitas tinggi ini akan menunjukkan kepada kami di mana virus itu bersembunyi," terang Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, di situs resmi lembaga tersebut, dilansir pada Kamis (22/10). "Dan ini merupakan kunci untuk melacak dan mengisolasi kontak sehingga bisa memutus rantai penularan."

Indonesia pun akan menggunakan rapid test antigen ini demi menggantikan metode testing yang ada sekarang. Namun rupanya ada kelemahan besar di balik terobosan baru berupa rapid test antigen ini.

Salah satu yang belakangan terus menjadi sorotan adalah perihal akurasi tes diagnostiknya. Dilansir dari Kumparan, ada dua aspek indikator, yakni sensitivitas dan spesifisitas.


Di aspek sensitivitas inilah letak masalah rapid test antigen. Sensitivitas sendiri merupakan ukuran kemampuan tes untuk mendeteksi keberadaan virus secara akurat. Sehingga tingkat sensitivitas yang rendah membuat makin besar pula peluang terjadi negatif palsu (false negative) alias yang bersangkutan sebenarnya positif namun malah dinyatakan tidak terinfeksi virus.

Laporan Harvard Health Publishing mengungkap sensitivitas rapid test antigen hanya 50 persen. Dengan demikian, hasil diagnosis rapid test perlu dikonfirmasi ulang menggunakan tes PCR.

Kelemahan besar ini tentu patut diwaspadai mengingat sekarang rapid test antibodi juga dikritik karena kekurangan yang sama. Di sisi lain, WHO hanya merekomendasikan dua jenis alat rapid test antigen produksi Abbott dan SD Biosensor.

Sementara itu, untuk ciri khas rapid test lain tetap melekat pada metode baru ini. Termasuk pemeriksaan sampel yang hanya memakan waktu 15-30 menit. Namun dipastikan yang bisa mengambil sampel dan memprosesnya harus seorang tenaga medis yang sudah ahli di bidangnya.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru