Waspada Kasus Langka Pasien Corona! Alami Gagap Setelah Sembuh
pexels.com/Anna Shvets
Health

Sebuah kasus langka virus corona dialami seorang pria asal Amerika Serikat (AS). Pria ini tiba-tiba menjadi gagap berat setelah sembuh dari COVID-19. Ahli ungkap dugaan penyebabnya.

WowKeren - Pasien virus corona yang telah sembuh memang terancam bisa mengalami efek jangka panjang maupun pendek setelah sembuh dari COVID-19. Laporan terbaru bahkan mengungkap kasus langka yang dialami oleh penyintas corona.

Berdasarkan laporan dari Scientific American, seorang pria asal Amerika Serikat (AS), Patrick Thornton mengalami gagap berat setelah sembuh dari COVID-19. Peristiwa ini terjadi pada Agustus 2020 lalu.

Sebelum mengalami gagap, guru di Houtson itu sempat kehilangan suaranya saat masih positif virus corona. "Aku menyadari bahwa beberapa kata terasa tidak tepat di mulutku, kamu tahu?" kata Thornton seperti dikutip dari New York Post, Selasa (26/1).

Gejala pasca COVID-19 yang cukup langka tersebut hingga kini masih belum mendapatkan jawab pasti dari para ahli. Apalagi, sejumlah ahli juga belum dapat mengetahui bagaimana virus corona dapat menyebabkan masalah neurologis pada pasien.


Kendati demikian, ahli memiliki satu teori. Menurut penelitian mereka, virus memang dapat memicu respons peradangan yang mempengaruhi pengucapan. Karena itu, kasus Thornton dinilai berkaitan dengan kondisi otaknya yang saat terinfeksi tidak berfungsi dengan baik.

"Kemampuan berbicara adalah salah satu perilaku yang lebih kompleks yang dilakukan manusia," jelas ahli saraf di Universitas Michigan, Soo-Eun Chang. "Ada 100 otot yang terlibat dan harus berkoordinasi dalam skala waktu milidetik, ini yang paling signifikan. Dan itu tergantung pada kondisi otak yang berfungsi dengan baik."

Sementara itu, ahli saraf dari King's College London, Thomas Pollack memberikan penjelasan lainnya. Ia mengatakan ada kemungkinan bahwa virus corona memproduksi autoantibodi.

Autoantibodi itu dapat mengikat protein dan merusak kemampuannya untuk berfungsi atau memicu serangan kekebalan pada sel tubuh. Pollak bersama timnya pun telah melakukan survei dan studi untuk membuktikan teori mereka. Hasilnya, sekitar sepertiga dari pasien corona dilaporkan mengalami gejala neurologis.

"Ada spektrum yang sangat luas dari manifestasi (neurologis) COVID-19," jelas Pollak. "Beberapa sangat merusak, seperti menyebabkan stroke atau ensefalitis."

(wk/lian)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru