Setahun Pandemi, Ini PR Utama Jatim dalam Pengendalian COVID-19
Pixabay/HelenJank
Nasional

Genap setahun sejak pandemi virus Corona memasuki Indonesia, Ketua Satgas Kuratif COVID-19 Jatim mengungkap PR utama yang dihadapi wilayahnya. Berikut penuturan lengkapnya.

WowKeren - Setahun telah berlalu sejak pandemi virus Corona memasuki Indonesia. Genap setahun, tingginya angka kematian akibat COVID-19 di Jawa Timur (Jatim) menjadi PR utama yang harus diselesaikan oleh Pemprov.

"Pekerjaan rumah (PR) kita memang kematian. Kematian ini kita pelajari, dihitung, itu perlu dikaji lebih detail. Karena sebagian besar kematian itu adalah terjadi pada orang-orang lansia, premorbid (penyakit penyerta yang meningkatkan risiko kematian pada pasien)," ujar Ketua Satgas Kuratif COVID-19 Jatim, dr Joni Wahyuhadi kepada awak media, Selasa (2/3).

Joni menjelaskan bahwa tingginya kasus kematian COVID-19 di Jatim disebabkan karena keterlambatan pasien dirawat di rumah sakit. Akibatnya, mereka terlambat ditangani dan kondisinya diperparah dengan penyakit bawaan.

"Apa kematian ini terjadi di rumah sakit apa di masyarakat. Tapi yang jelas contoh di RSU dr Soetomo kematian ICU-nya 48 persen. Itu kecil, karena di dunia pun 70-80 persen. Kita terus berbenah, yang paling banyak itu kasus keterlambatan datang di RS. Jadi kematian di UGD memang tinggi," imbuhnya.


Karena itulah Joni menyatakan bahwa Satgas COVID-19 di Jatim akan terus berbenah. Pihaknya juga siap untuk belajar cara pengendalian pandemi di wilayah lain untuk menekan angka kematian akibat virus Corona.

"Kalau memang betul bahwa kita tinggi (angka kematian), kita siap belajar ke tempat lain. Rasa-rasanya RS kita tidak tertinggal amat kalau diskusi dengan tempat lain," paparnya.

Joni juga menjelaskan bahwa selama ini Satgas di Jatim memisahkan ruangan pasien COVID-19 dengan gejala berat dan ringan. "Jadi untuk merelaksasi beban rumah sakit. Kita pisahkan antara pasien dengan gejala berat, agar dirawat di RS rujukan. Dan untuk gejala ringan agar mendapat perawatan di RS Darurat, RS Lapangan dan tempat isolasi lainnya," ungkap Joni.

Terakhir, Joni mengakui bahwa kebijakan PPKM Mikro yang diterapkan di Jatim dapat mengendalikan penyebaran virus Corona. "Inilah gunanya PPKM Mikro, surveilans kesehatan terus dilakukan. Jadi kalau ada yang sakit segera diisolasi, dikontak rumah sakit. Kasus kematian ini sudah mulai turun, meski overall Jatim masih di atas 7 persen," pungkasnya.

Sementara itu, angka kematian akibat COVID-19 di Jatim telah mencapai 9.179 orang per Selasa (2/3). Sedangkan jumlah pasien yang berhasil sembuh mencapai angka 171.693 orang.

(wk/eval)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait