Potensi Penularan Lebih Masif, Kemenkes Sebut Varian Corona E484K Tak Berbahaya
Pexels/August de Richelieu
Nasional

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut varian baru Corona E484K atau EEK tidak berbahaya meski memiliki potensi penularan yang tinggi. Berikut penjelasan lengkapnya.

WowKeren - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebut varian baru Corona E484K atau EEK yang berasal dari Jepang tidak berbahaya. Dengan penemuan tersebut, saat ini ada empat varian Corona di Indonesia yang berhasil teridentifikasi yakni D614G, B117, N439K dan E484K.

Varian E484K ditemukan di Indonesia melalui pemeriksaan Whole Genome Sequence (WGS) yang dilakukan pada Februari lalu. Meski tidak berbahaya, varian ini disebut memiliki potensi penularan yang lebih masif. Karena itulah Kemenkes meminta masyarakat untuk tetap waspada.

"Ini hanya satu mutasi tidak berbahaya tapi perlu diwaspadai," kata kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes Siti Nadia Tarmizi dalam pesan singkat kepada CNNIndonesia, Selasa (6/4).

Kendati demikian, Nadia belum dapat memastikan apakah varian Corona E484K ini akan mempengaruhi efektifitas vaksin COVID-19 atau tidak. "Karena kalau ada hubungan dengan mutasi lain, bisa potensi menjadi virus yang digolongkan menjadi perhatian, karena mungkin akan berpengaruh pada penularan," imbuhnya.


Lebih lanjut, Nadia menegaskan bahwa pemerintah tengah fokus pada vaksinasi COVID-19 sembari mengimbau masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan. "Kita ketahui vaksin dan protokol kesehatan merupakan cara yang masih sangat efektif untuk mengendalikan penularan mutasi," pungkasnya.

Sementara itu, varian Corona E484K ini diketahui tengah mengganas di Jepang. Menurut kantor berita Reuters, varian ini ditemukan pada 12 dari 36 pasien COVID-19 dalam kurun waktu dua bulan terakhir.

Karena itulah Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 Wiku Adisasmito mewanti-wanti masyarakat untuk selalu waspada. Yang paling utama adalah dengan mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penularan.

"Varian E484K merupakan hasil mutasi dari varian B117. Mutasi E484K yang terjadi pada protein spike adalah mutasi yang sama seperti yang ditemukan pada varian Afrika Selatan maupun Brasil. Dan berdasarkan penelitian, varian ini lebih cepat menular," kata Wiku dalam media briefing, Kamis (1/4) lalu.

(wk/eval)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru