Brasil Tolak Vaksin Sputnik V Rusia Karena Dianggap Punya 'Risiko Bawaan'
AP Photo/Pavel Golovkin
Dunia

Ana Carolina Moreira Marino Araujo, manajer umum untuk pemantauan kesehatan, mengatakan bahwa risiko bawaan yang bisa ditimbulkan vaksin itu terlalu besar.

WowKeren - Regulator kesehatan Brasil Anvisa menyatakan menolak untuk memakai vaksin COVID-19 buatan Rusia, Sputnik V. Hal ini menanggapi permintaan gubernur negara bagian terkait upaya memerangi gelombang kedua virus corona yang mematikan.

Pada Senin (26/4), dewan beranggotakan lima orang Anvisa memilih dengan suara bulat untuk tidak menyetujui vaksin Rusia setelah staf teknis menyoroti adanya "risiko bawaan" dan cacat "serius" yang ditimbulkan oleh vaksin tersebut. Selain itu, informasi terkait keamanan, kualitas, serta efektivitas vaksin juga dianggap kurang.

Ana Carolina Moreira Marino Araujo, manajer umum untuk pemantauan kesehatan, mengatakan bahwa risiko bawaan yang bisa ditimbulkan vaksin itu terlalu besar. Hal ini disimpulkan dengan pertimbangan semua dokumentasi yang ada, data yang diperoleh dari inspeksi langsung dan informasi dari regulator lain.

Manajer obat-obatan dan produk biologis Anvisa, Gustavo Mendes menilai jika masalah krusial adalah adenovirus yang terdapat dalam vaksin Sputnik V dan dapat bereproduksi. Ini dianggap bisa menjadi satu "cacat" serius yang tidak bisa dikesampingkan.


Sementara itu, ijin penggunaan Sputnik V telah diberikan di sejumlah negara di dunia. Ilmuwan Rusia mengatakan virus ini 97,6 persen efektif melawan COVID-19.

Selain Anvisa, Uni Eropa rupanya juga belum memberikan persetujuannya untuk penggunaan Sputnik. Mereka membutuhkan informasi lebih banyak mengenai pengujian dan proses pembuatannya.

Sementara itu, program vaksinasi di Brasil tidak berjalan lancar lantaran adanya penundaan dan kegagalan pengadaan. Hal ini membuat negara tersebut berubah menjadi salah satu hotspot COVID-19 paling mematikan di dunia tahun ini. Sistem kesehatan nasional bahkan disebut-sebut tengah berada di ambang kehancuran.

Beberapa waktu lalu Brasil juga meminta warganya untuk menunda kehamilan. Hal ini menyusul adanya varian baru yang lebih berbahaya terutama bagi ibu hamil.

"Jika memungkinkan (para wanita harus) menunda kehamilan sedikit ke waktu yang lebih baik," kata Sekretaris Pelayanan Kesehatan Primer Kementerian Kesehatan Brazil, Raphael Camara, Jumat (16/4). "Sehingga (mereka) bisa hamil di tengah situasi yang lebih kondusif."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru