Peretasan Terbesar Terjadi Akhir Pekan Kemarin, Tuntut USD70 Juta Usai 'Lumpuhkan' 800 Swalayan
Flickr/140988606@N08
Dunia

Kelompok peretas yang diduga terkait dengan Rusia, REvil, melakukan salah satu peretasan terburuk dalam sejarah hingga melumpuhkan ratusan swalayan di Swedia pada akhir pekan kemarin.

WowKeren - Salah satu aksi peretasan terbesar dalam sejarah tercatat terjadi pada akhir pekan kemarin. Bahkan 800 toko swalayan jaringan Coop di Swedia terpaksa menutup layanan karena mesin kasir mereka diretas.

Kejadian ini adalah dampak dari peretasan yang dilakukan kelompok REvil kepada piranti lunak buatan Kaseya. Lebih spesifik yang diretas adalah alat VSA yang banyak digunakan di berbagai bisnis dunia, termasuk untuk mesin kasir swalayan Coop Swedia tadi.

Kaseya, sebuah perusahaan teknologi berbasis di Miami, Amerika Serikat mengaku sudah bekerja sama dengan Biro Investigasi Federal AS (FBI) untuk memeriksa kasus ini. Meski serangannya begitu besar, Kaseya memastikan hanya 40 pelanggannya yang terdampak langsung oleh serangan malicious software ini.

FBI pun pada Sabtu (3/7) kemarin mengaku telah berkoordinasi dengan Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS. "Kami mengimbau semua pihak terdampak untuk mengikuti rekomendasi mitigasi serta agar pengguna mengikuti arahan Kaseya untuk mematikan server VSA sesegera mungkin," ujar badan tersebut.


Di sisi lain, laporan terakhir menyebut kelompok REvil meminta tebusan sampai USD70 juta demi mengembalikan data-data yang mereka retas. Tuntutan ini disampaikan REvil di situs gelap pada Minggu (4/7) malam waktu setempat.

Serangan peretasan ini sendiri cukup mengejutkan publik karena besarnya dampak yang ditimbulkan. Ratusan toko diketahui terpaksa berhenti beroperasi karena piranti lunak yang disiapkan Kaseya tidak bisa diakses akibat kelompok peretas berbasis di Rusia ini.

Meski demikian, ahli keamanan siber AS Allan Liska menilai REvil sudah "masuk perangkap" karena peretasan yang terjadi di luar jangkauan kemampuan mereka. "Meski mereka banyak bicara besar, saya rasa mereka juga terkejut dengan hasil yang lebih besar dari ekspektasi mereka," jelas Liska.

Presiden AS Joe Biden juga turun tangan menanggapi kasus peretasan besar ini. Biden mendesak Badan Intelijensi AS untuk menginvestigasi aktor di balik aksi serangan meresahkan ini. Sementara itu pengamat keamanan siber menilai korban yang muncul selama aksi peretasan ini hanya sebagian kecil dari korban sebenarnya di lapangan.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru