Kapal Tanker FSO Safer yang 'Membusuk' dan Terbengkalai Sejak 2015 Ancam 8 Juta Warga Yaman
Dunia

Menurut pemodelan terbaru, tumpahan minyak FSO Safer dapat menyebar jauh ke luar Yaman dan menyebabkan kerusakan lingkungan yang mempengaruhi Arab Saudi, Eritrea dan Djibouti.

WowKeren - Kapal tanker FSO Safer yang telah terbengkalai dan membusuk di lepas pantai Yaman sejak tahun 2015 terus menuai kekhawatiran akan dampak lingkungan. Dampak tumpahan minyak dari kapal tersebut bisa jauh lebih luas dari yang diperkirakan, dengan 8 juta orang berpotensi kehilangan akses ke air mengalir dan persediaan ikan Laut Merah Yaman bisa hancur dalam waktu tiga minggu.

Negosiasi tengah berlangsung untuk mengupayakan penurunan muatan sekitar 1,1 juta barel minyak mentah yang tersisa di atas FSO Safer, empat kali lebih banyak dibanding jumlah minyak yang dikeluarkan oleh Exxon Valdez di Teluk Alaska pada tahun 1989. Tumpahan minyak pun dinilai semakin mungkin terjadi.

Menurut pemodelan terbaru, tumpahan minyak FSO Safer dapat menyebar jauh ke luar Yaman dan menyebabkan kerusakan lingkungan yang mempengaruhi Arab Saudi, Eritrea dan Djibouti. Meski demikian, pembicaraan tiga arah antara pemberontak Houthi, pemerintah Yaman yang diakui PBB, serta PBB sendiri menemui jalan buntu. Para pejabat PBB tidak dapat memperoleh jaminan untuk memelihara kapal itu, termasuk lambungnya yang membusuk, yang sekarang hanya diawasi oleh tujuh awak.

Adapun pemodelan baru ini diterbitkan dalam jurnal Nature Sustainability pada Senin (11/10). Pemodelan tersebut menunjukkan tumpahan itu kemungkinan akan menyebabkan penutupan pelabuhan Laut Merah Hodeidah dan Salif dalam waktu dua minggu, mengancam pengiriman 200.000 ton bahan bakar untuk Yaman yang setara 38 persen kebutuhan BBM nasional.

Oleh sebab itu, harga bahan bakar kemungkinan akan naik hingga 80 persen. Tak adanya bahan bakar untuk pompa air juga akan membuat 8 juta warga Yaman kehilangan akses ke air mengalir. Sebanyak 2 juta orang juga akan kehilangan akses air jika pabrik desalinasi di wilayah tersebut tercemar.


Meskipun setengah dari minyak diperkirakan akan menguap di laut dalam waktu 24 jam, namun sisa minyak diperkirakan akan mencapai garis pantai barat Yaman dalam waktu enam hingga 10 hari. Minyak juga diprediksi akan mencapai pelabuhan di selatan dalam waktu tiga minggu.

Tergantung apakah tumpahannya akan mencapai pelabuhan di selatan seperti Aden, jumlah orang yang berpotensi membutuhkan bantuan pangan bisa mencapai 5,7 juta orang hingga 8,4 orang. Perkiraan ini tergantung pada musim ketika tumpahan terjadi dan tingkat kehilangan minyak.

Selain itu, tumpahan diperkirakan akan mengancam 66,5 persen hingga 85,2 persen perikanan Laut Merah Yaman dalam waktu satu minggu. Dan mengancam 93,5 persen hingga 100 persen perikanan dalam waktu tiga minggu.

"Kemungkinan tumpahan semakin besar. Safer yang terlihat bobrok memiliki lambung tunggal, yang berarti jika dilanggar akan menyebabkan minyak di atas kapal tumpah langsung ke laut. Air masuk ke ruang mesin pada Mei 2020 melalui kebocoran pipa air laut, dan sistem pemadam kebakaran kapal tidak beroperasi. Tumpahan dapat terjadi karena kebocoran atau pembakaran," demikian laporan pemodelan tersebut, dilansir The Guardian.

"Kebocoran dapat terjadi karena kerusakan lambung kapal yang terus-menerus atau rusaknya lambung kapal karena cuaca buruk; pembakaran bisa terjadi melalui penumpukan gas yang mudah menguap di atas kapal atau serangan langsung ke kapal," lanjutnya.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru