WHO Wanti-Wanti Soal Vaksin COVID-19 Timbulkan Rasa Aman yang Salah
Pixabay
Dunia

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyampaikan bahwa banyak orang yang divaksinasi berpikir bahwa menerima Vaksin COVID-19 berarti mereka tidak perlu lagi mengambil tindakan pencegahan lain.

WowKeren - Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan bahwa pandemi COVID-19 masih belum berakhir. Menurut Tedros, beberapa orang jatuh ke dalam "rasa aman palsu" setelah divaksinasi COVID-19.

Tedros menyampaikan bahwa banyak orang yang divaksinasi berpikir bahwa menerima Vaksin COVID-19 berarti mereka tidak perlu lagi mengambil tindakan pencegahan lain. Pemikiran ini tentu saja salah kaprah.

"Di banyak negara dan komunitas, kami khawatir tentang rasa aman yang salah bahwa vaksin telah mengakhiri pandemi, dan bahwa orang yang divaksinasi tidak perlu mengambil tindakan pencegahan lainnya," tutur Tedros dalam jumpa pers di Jenewa pada Rabu (24/11). "Vaksin menyelamatkan nyawa, tetapi tidak sepenuhnya mencegah penularan."

Menurut Tedros, data menunjukkan bahwa Vaksin COVID-19 mengurangi penularan virus sekitar 60 persen sebelum kemunculan Varian Delta. Dengan hadirnya Varian Delta, angka tersebut turun menjadi sekitar 40 persen. Adapun Varian Delta kini dominan di seluruh dunia.


"Kami tidak dapat mengatakan ini dengan cukup jelas: meski Anda divaksinasi, terus lakukan tindakan pencegahan untuk mencegah diri Anda sendiri terinfeksi, dan menginfeksi orang lain yang dapat meninggal," tegas Tedros. "Itu berarti memakai masker, menjaga jarak, menghindari keramaian dan bertemu orang lain di luar jika Anda bisa, atau di ruang yang berventilasi baik di dalam."

Sementara itu, Direktur kedaruratan WHO Michael Ryan mengatakan bahwa orang-orang di Eropa "kembali ke tingkat percampuran sosial sebelum pandemi". Padahal kasus COVID-19 dan tingkat rawat inap di Eropa mengalami kenaikan yang "mengkhawatirkan".

"Kenyataannya adalah virus akan terus menular secara intens di lingkungan itu," katanya.

Eropa pun kini kembali menjadi pusat pandemi COVID-19. Situasi ini disebut dipicu oleh Varian Delta, penyerapan vaksin yang lambat di beberapa negara, cuaca yang lebih dingin, dan pelonggaran pembatasan.

"Pekan lalu, lebih dari 60 persen dari semua kasus dan kematian yang dilaporkan akibat COVID-19 secara global sekali lagi terjadi di Eropa," ungkap Tedros. "Banyaknya kasus diterjemahkan menjadi tekanan yang tidak berkelanjutan pada sistem kesehatan dan tenaga kesehatan yang kelelahan."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait