Mantan Kepala LBM Eijkman Sebut Target Vaksin Merah Putih Mundur, Ini Penyebabnya
http://www.eijkman.go.id/
Nasional

Seperti yang diketahui, sejumlah lembaga riset, termasuk di antaranya LBM Eijkman dilebur ke BRIN. Hal ini tampaknya berpengaruh terhadap pengembangan Vaksin Merah Putih.

WowKeren - Pemerintah Indonesia saat ini diketahui tengah mengembangkan vaksin COVID-19 lokal, di antaranya adalah Vaksin Merah Putih. Saat ini, Vaksin Merah Putih masih terus dikembangkan oleh pihak terkait.

Namun, mantan Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Dr Amin Soebandrio mengatakan bahwa target Vaksin Merah Putih dipastikan mundur dari rencana semula. Sedianya, Eijkman menargetkan uji praklinis selama tiga bulan pertengahan 2021, kini kemungkinan mundur hingga ke awal 2023.

Amin lantas mengungkapkan penyebab kemungkinan mundurnya target Vaksin Merah Putih itu. Menurutnya, selain karena faktor peleburan Eijkman ke Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), juga dikarenakan berkurangnya tenaga peneliti serta pendanaan.

Lebih lanjut, Amin menerangkan bahwa sejak Januari 2021, tim riset Eijkman sudah mengusulkan untuk pengadaan alat. Namun hingga Desember lalu, tidak juga mendapatkan respons karena terbatasnya dana.


Amin menambahkan, dari pihak terkait kemudian mengarahkan agar tim memanfaatkan peralatan laboratorium milik LIPI di Cibinong, Bogor. Akan tetapi hal ini dinilai kurang efektif lantaran para peneliti membutuhkan waktu sekitar 2-3 jam untuk bolak-balik dari Jl Diponegoro ke Cibinong.

Selain itu, kata Amin, faktor lain yang membuat target Vaksin Merah Putih molor adalah permintaan pihak industri agar bibit vaksin yang sudah diserahkan pada Januari 2021 lalu, dilakukan optimasi di beberapa aspek. Misalnya, perlunya tambahan yield atau bibit vaksin menjadi banyak untuk proses industri bisa berjalan efisien.

Kemudian, Amin mengatakan bahwa mereka juga meminta tim Eijkman meningkatkan kemurnian dan imunisitasnya agar bisa dilanjutkan ke proses industrinya. "Semua permintaan sudah selesai dipenuhi per Desember kemarin," tutur Amin dalam program "Blak-Blakan" detik.com, Rabu (5/1).

Lebih lanjut, Amin memaparkan bahwa selain dana dan alat, progres pengerjaan vaksin Merah Putih juga terdampak karena ada 3-4 peneliti yang memutuskan untuk melanjutkan kuliah program doktoral di luar negeri mulai akhir 2021. Kini, dengan adanya peleburan Eijkman ke BRIN, secara otomatis beberapa asisten tim riset yang merupakan tenaga kontrak tidak bisa lagi membantu.

Dengan begitu, menurut Amin, dari pihak industri sendiri juga akan meminta pembicaraan ulang dengan BRIN terkait pendanaan tahap selanjutnya. Hitungan kasarnya, untuk satu subjek membutuhkan dana sekitar Rp20 juta dan dikalikan 20 ribu orang seprti saran BPOM, jadi totalnya kurang lebih Rp450-500 miliar.

(wk/tiar)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait