Pandemi Perjelas Kesenjangan Sosial, Harta Orang Terkaya Dunia Meningkat Hingga 2 Kali Lipat
pixabay.com/Ilustrasi/nattanan23
Dunia

Selama pandemi, pendapatan 99 persen populasi dunia menurun sedangkan pendapatan 10 orang terkaya dunia secara kolektif tumbuh lebih banyak sebesar 18,6 triliun rupiah per hari.

WowKeren - Tak sedikit orang yang mengeluhkan pendapatan yang menurun sejak pandemi COVID-19. Pandemi COVID-19 telah memukul industri perekonomian dan tak sedikit orang yang harus kehilangan mata pencaharian.

Namun di lain sisi, pandemi justru membuat segelintir orang semakin kaya. Sebanyak 10 orang terkaya dunia mencatat kekayaan mereka meningkat menjadi 1,5 triliun dolar AS atau sekitar 21, 48 kuadriliun rupiah.

Jumlah itu terhitung sejak awal pandemi global menyusul lonjakan harga saham dan properti yang telah memperlebar kesenjangan antara si kaya dan miskin, menurut sebuah laporan dari Oxfam. Bank Dunia mencatat bahwa 163 juta lebih orang telah didorong ke bawah garis kemiskinan. Sementara itu orang super kaya mendapat manfaat dari stimulus yang diberikan oleh pemerintah untuk mengurangi dampak virus.

Selama Maret 2020 hingga Oktober 2020, pendapatan 99 persen populasi dunia telah menurun sedangkan pendapatan 10 orang terkaya dunia secara kolektif tumbuh lebih banyak sebesar 1,3 miliar dolar (18,6 triliun rupiah) per hari.


Elon Musk misalnya, pendiri Tesla tersebut mencatat kekayaannya meningkat 10 kali lipat menjadi 294 miliar dolar dalam 20 bulan pertama pandemi, yang mana angka itu berhasil menyalip Jeff Bezos yang kekayaannya naik 67 persen. Nama lainnya yang termasuk dalam 10 besar adalah Bill Gates, dan bos Facebook Mark Zuckerberg.

Oxfam mendesak pemerintah untuk memungut pajak atas modal dan kekayaan orang-orang itu. Oxfam mengatakan pajak "rejeki nomplok" 99 persen satu kali atas perolehan kekayaan COVID dari 10 orang terkaya dapat membayar banyak ketimpangan di dunia.

Danny Sriskandarajah, kepala eksekutif Oxfam GB menilai pandemi ditambah dengan sistem ekonomi yang tidak adil justru memberikan keuntungan menggiurkan bagi si kaya dan gagal melindungi mereka yang miskin. "Ini adalah tragedi yang dapat dihindari bahwa setiap hari orang meninggal karena mereka kekurangan kebutuhan pokok seperti makanan dan perawatan kesehatan," ujarnya.

Ancaman yang ditimbulkan oleh ketidaksetaraan juga disorot oleh David Malpass, presiden Bank Dunia. Negara berkembang selain menghadapi risiko jangka panjang terkait vaksinasi, juga menghadapi kebijakan makro global dan beban utang. "Ada jurang yang tumbuh antara tingkat pertumbuhan mereka dan mereka yang berada di ekonomi maju," tuturnya.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru