Puncak Omicron Diperkirakan Akhir Februari, Epidemiolog Prediksi Situasi Saat Ramadhan Lebih Aman
dinkes.kalbarprov.go.id
Nasional

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Windhu Purnomo menjelaskan bahwa puncak kasus di sejumlah negara rata-rata berlangsung selama 42-60 hari.

WowKeren - Di tengah merebaknya Varian Omicron, kasus COVID-19 di Indonesia belakangan turut mengalami peningkatan. Para ahli pun memperkirakan puncak gelombang Omicron di Indonesia terjadi pada akhir bulan Februari 2022 ini.

"Puncak kasus di sejumlah negara itu rata-rata 42-60 hari. Jadi kemungkinan besar masuk di akhir Februari 2022," ungkap epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, Dr Windhu Purnomo, dalam diskusi Forum Pemred bersama Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada Senin (7/2). "Kalau meleset awal Maret."

Windhu tidak mengungkapkan berapa perkiraan kasus COVID-19 pada puncak gelombang Omicron tersebut. Namun ia menegaskan bahwa masyarakat harus mengencangkan penerapan protokol kesehatan.

"Kita lihat di negara-negara lain demikian. Paling lama di New York 60 hari, paling cepat India sekitar 25 hari lalu kasus turun perlahan," ungkapnya.


Lantas, apakah ini berarti situasi pandemi COVID-19 lebih aman pada saat Ramadhan dan Lebaran yang jatuh pada April hingga Mei 2022? "Seharusnya demikian, karena pola di dunia begitu," katanya.

Sementara itu, lonjakan kasus COVID-19 membuat Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan surat edaran (SE) terbaru terkait pelaksanaan kegiatan keagamaan di rumah ibadah. SE tersebut dirilis dalam rangka mencegah dan memutus mata rantai penyebaran COVID-19 yang kini mengalami peningkatan dengan munculnya Varian Omicron.

Kantor Staf Presiden pun menyambut baik penerbitan SE tersebut oleh Kemenag. Pasalnya, SE itu dianggap menjadi bagian dari upaya untuk mengajak pengelola tempat ibadah menginjak "rem" di tengah lonjakan kasus COVID-19.

"Di tengah situasi penambahan angka positivity rate yang terus melaju, umat beragama sebagaimana selama ini sudah dilakukan, perlu ikut menginjak 'rem' dalam pengelolaan tempat ibadah," ujar Tenaga Ahli Utama KSP, Rumadi Akhmad, Senin.

Rumadi menjelaskan bahwa masyarakat tak perlu terpengaruh dengan pernyataan beberapa pihak yang menyebut pengetatan aturan sengaja dilakukan menjelang perayaan Isra Miraj dan bulan Ramadhan. "Pernyataan-pernyataan seperti ini, di samping tendesius juga tidak membantu dalam menghadapi situasi krisis seperti sekarang," tukasnya.

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru