Industri Pariwisata Harap-Harap Cemas Tunggu Keputusan Pemerintah Malaysia Soal Perbatasan
Dunia

Pada 8 Februari 2022 lalu, dewan penasihat pemerintah yang diketuai oleh mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin telah mengusulkan agar Malaysia kembali membuka pintu untuk turis internasional bebas karantina segera setelah 1 Maret.

WowKeren - Sektor pariwisata Malaysia tengah harap-harap cemas menanti keputusan pemerintah terkait perbatasan Negeri Jiran tersebut. Diketahui, sudah lebih dari dua minggu berlalu sejak Malaysia mengusulkan pembukaan kembali perabatasannya.

Pada 8 Februari 2022 lalu, dewan penasihat pemerintah yang diketuai oleh mantan Perdana Menteri Muhyiddin Yassin telah mengusulkan agar Malaysia kembali membuka pintu untuk turis internasional bebas karantina segera setelah 1 Maret. Namun usulan tersebut mendapat penolakan dari beberapa politisi dan pakar kesehatan masyarakat yang khawatir dengan gelombang Omicron yang melonjak di negara itu.

Menyusul pernyataan tersebut, Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin menyebutkan bahwa secara realistis, perbatasan baru mungkin dibuka kembali pada kuartal kedua tahun ini. Kementerian Kesehatan disebut tengah mempersiapkan prosedur operasi standar (SOP) untuk mencabut pembatasan dalam beberapa minggu mendatang.

Salah satu agen perjalanan Malaysia, Apple Vacations Sdn Bhd, terpaksa menghentikan bisnisnya sejak perbatasan negara itu ditutup pada Maret 2020 akibat pandemi COVID-19. Direktur pelaksana grup Koh Yock Heng atau akrab disapa Kohsan mengatakan penjualannya telah turun 99 persen.

"Tingkat vaksinasi kami telah menunjukkan peningkatan tetapi dengan lonjakan Omicron yang tiba-tiba, pihak berwenang harus mempelajari dengan cermat karena penting bagi kami untuk dapat memasuki fase kehidupan baru di mana kami dapat mulai membuka pasar dengan langkah-langkah manajemen yang aman di tempat," ujarnya kepada Al Jazeera.


Sementara itu, Kepala Bisnis Malaysia dan Singapura di OYO Hotels and Homes, Ming Luk Tan, mengatakan bahwa industri telah memperhatikan fakta bahwa pelanggan memprioritaskan keselamatan. Pelanggan juga disebut lebih memilih untuk menginap di tempat-tempat dengan ventilasi dan kebersihan yang baik.

"Sementara setiap negara harus menyeimbangkan kebutuhan ekonomi untuk menyambut wisatawan internasional, tetap ada ruang untuk berhati-hati dan pendekatan bertahap melalui implementasi jembatan udara dan gelembung perjalanan daripada membuka seluruh negara sekaligus," kata Ming.

Ia menambahkan bahwa pendapatan perusahaannya telah anjlok 60 persen selama pandemi COVID-19. Menurutnya, patut dipertanyakan apakah larangan bepergian memiliki banyak efek positif pada kesehatan masyarakat pada titik pandemi ini.

"Sementara efek ekonomi negatif dari intervensi dapat diukur melalui indikator kinerja keuangan, manfaat sosial dari membatasi perjalanan internasional belum diukur," lanjutnya.

Di sisi lain, pakar kesehatan masyarakat dan peneliti di Agora Society Malaysia, Lim Chee Han, mengatakan pihak berwenang harus mempertimbangkan untuk mempertahankan tindakan karantina demi membantu mengendalikan virus. Menurutnya, sebagian besar kasus Varian Omicron yang ditemukan di Malaysia merupakan kasus impor.

"Pemerintah dapat meninjau dan merevisi perintah ini setelah gelombang pandemi yang dipimpin Omicron telah turun," tuturnya. "Data pengurutan genom terbaru yang dilaporkan hingga 28 Januari menunjukkan bahwa 90,7 persen kasus varian Omicron yang ditemukan di Malaysia adalah (kasus) impor."

(wk/Bert)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru