Orang Afghanistan Rela Jual Bayi dan Anak Perempuan Demi Bertahan Hidup
AP/Petros Giannakouris
Dunia

Pembatasan perbankan dan sanksi terhadap Taliban oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain telah mempersulit kelompok bantuan untuk memindahkan dana ke Afghanistan.

WowKeren - Sebanyak 23 juta warga Afghanistan menghadapi kelaparan. Dr Ramiz Alakbarov selaku wakil khusus Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan jika negara itu menghadapi krisis kelaparan dengan proporsi yang tak tertandingi.

Ia mengatakan bahwa 95 persen penduduk Afghanistan tidak makan cukup makanan. Yang mana, ini merupakan angka yang sangat tinggi sehingga tidak terbayangkan.

"Namun, yang menghancurkan, ini adalah kenyataan yang pahit," ujarnya dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada awal Maret. Hampir 100 persen rumah tangga yang dipimpin perempuan mengalami kelaparan.

Farahanaz, nama samaran, adalah salah satu warga yang kehilangan pekerjaannya setelah Taliban mengambil alih Afghanistan Agustus lalu. Adiknya, baru saja pulih dari operasi ketika Taliban mengambil alih negara itu. "Dia kehilangan banyak berat badan, dan jatuh sakit ketika tidak cukup makan," ujarnya.


Pembatasan perbankan dan sanksi terhadap Taliban oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain telah mempersulit kelompok bantuan untuk memindahkan dana dan sumber daya lainnya ke Afghanistan. Jan Egeland, sekretaris jenderal di Dewan Pengungsi Norwegia (NRC), mengatakan jika organisasi tersebut telah menyerukan untuk mengumpulkan 4,4 miliar untuk orang Afghanistan yang kelaparan.

"Tetapi kecuali Departemen Keuangan AS dan otoritas keuangan Barat lainnya mengizinkan kami untuk mentransfer uang bantuan, kami akan dipaksa untuk bekerja dengan tangan terikat, tidak dapat memberikan uang itu kepada masyarakat yang sangat membutuhkannya," ujarnya.

Kondisi yang memprihatinkan membuat jutaan orang di negara itu putus asa, menurut Farahanaz. "Orang menjual bayi dan anak perempuan mereka untuk bertahan hidup. Namun warga Afghanistan kehilangan nyawa mereka," katanya sambil menahan air mata.

Farahanaz telah kehilangan pekerjaannya setelah Taliban berkuasa. Ia sebelumnya bekerja sebagai presenter radio. Ia berharap agar Taliban kembali mengizinkan warga untuk kembali bekerja dan bersekolah.

"Saya juga mengimbau dunia untuk tidak memunggungi kami. Mereka juga bertanggung jawab atas krisis ini," paparnya. "Dan saya meminta mereka untuk tidak meninggalkan kita dalam kesengsaraan ini."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru