Harga Pangan Melonjak di Timur Tengah & Afrika Imbas Konflik Rusia-Ukraina, Eropa Lakukan Ini
pixabay.com/Ilustrasi/Candiix
Dunia

Negara-negara MENA sangat bergantung pada gandum dan pupuk dari Ukraina dan Rusia, khususnya Mesir dan Lebanon. Kedua negara itu telah menghadapi lonjakan harga.

WowKeren - Kenaikan harga pangan diperkirakan akan dirasakan di sejumlah wilayah imbas krisis yang terjadi antara Rusia dan Ukraina. Kenaikan harga gandum dan pupuk dan kekurangan diperkirakan akan terjadi di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA) serta Balkan.

Untuk itu, Uni Eropa akan melakukan "diplomasi pangan" untuk melawan narasi Rusia tentang dampak invasi Ukraina. Kerawanan pangan menyebabkan kebencian di negara-negara rentan di wilayah ini.

Rusia sebelumnya telah menggambarkan jika krisis yang terjadi merupakan konsekuensi atas sanksi yang diberikan oleh Barat terhadap Rusia, kata seorang diplomat Uni Eropa. Ini menimbulkan ancaman potensial terhadap pengaruh UE, tambah diplomat itu, yang rencananya akan ditangani dengan "diplomasi makanan dan pertempuran narasi".

Presiden Rusia Vladimir Putin pun mengatakan pekan lalu bahwa sanksi Barat telah memicu krisis pangan global dan melonjaknya harga energi. Sedangkan negara-negara MENA sangat bergantung pada gandum dan pupuk dari Ukraina dan Rusia, khususnya Mesir dan Lebanon.


Kedua negara itu telah menghadapi lonjakan harga setelah penurunan pasokan sejak Moskow memulai apa yang disebutnya operasi militer khusus di Ukraina. "Kami tidak bisa mengambil risiko kehilangan kawasan itu," kata diplomat Eropa kedua.

Uni Eropa juga berniat meningkatkan upaya internasional untuk mengurangi dampak kekurangan pangan. Bersama Program Pangan dunia PBB, mereka akan segera mengumumkan inisiatif baru.

Prancis yang merupakan produsen pertanian terbesar UE, telah mendorong inisiatif yang disebut “FARM”, yang akan mencakup mekanisme distribusi makanan global untuk negara-negara miskin. Sedangkan Hongaria telah menyarankan untuk meningkatkan hasil pertanian UE dengan mengubah tujuan iklimnya. Sementara itu dari PBB, FAO, menegaskan sedang mempertimbangkan fasilitas pembiayaan impor pangan.

Dalam situsnya, FAO menulis rekomendasi sebagai langkah penanganan atas kurangnya bahan makanan. Direktur Jenderal FAO Qu Dongyu mengatakan, “Negara-negara yang bergantung pada impor pangan dari Rusia dan Ukraina harus mencari pemasok alternatif untuk meredam guncangan.”

Rusia memang membatasi ekspor gandumnya dan dilaporkan telah mengebom beberapa fasilitas penyimpanan bahan bakar di Ukraina. Eropa menyebut meski fasilitas penyimpanan gandum penuh, Ukraina tidak dapat mengekspor karena kekurangan bahan bakar.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru