Viola Davis Tanggapi Klaim Soal Keakuratan Sejarah di 'The Woman King' yang Banyak Disorot
Film

'The Woman King' adalah film yang mengambil latar waktu tahun 1823, dan dibintangi oleh Viola Davis sebagai Jenderal Nanisca, pemimpin legiun wanita pejuang Dahomean.

WowKeren - Sebuah film, tentu tak terlepas dari yang namanya kritik. Meski proyek itu sudah dikerjakan dengan sebaik mungkin, namun ada saja pihak yang akan menyoroti kekurangan dalam film tersebut. Tak terkecuali untuk "The Woman King".

"The Woman King" adalah film yang mengambil latar waktu tahun 1823, dan dibintangi oleh Viola Davis sebagai Jenderal Nanisca, pemimpin legiun wanita pejuang Dahomean yang dikenal sebagai Agojie. Di bawah pemerintahan Raja Ghezo (John Boyega) yang baru, Nanisca memerintahkan Agojie untuk membebaskan Dahomey dari Kekaisaran Oyo yang luas.

Ekspor utama dan paling menguntungkan Kerajaan Dahomey selama abad ke-19 adalah budak. Meskipun fokus film adalah tentang Agojie dan kisah mereka yang kuat, banyak kritikus khawatir bahwa film tersebut sebagian besar akan mengabaikan bisnis utama Dahomey. Banyak percakapan seputar pendekatan film terhadap akurasi sejarah ketika menyangkut penggambaran keterlibatan Kerajaan Dahomey dalam perdagangan budak, yang menurut beberapa orang diminimalkan dalam film.


Dalam sebuah wawancara baru-baru ini dengan Variety, Viola Davis, bersama dengan suaminya, mitra produksi, dan lawan mainnya, Julius Tennon, membahas kritik ketidakakuratan sejarah yang diarahkan pada "The Woman King". Mereka menjelaskan alasan mengapa film itu menyimpang dari kisah kehidupan nyata Kerajaan Dahomey. Viola Davis mengakui bahwa cerita dari film tersebut memang sebagian besar adalah fiksi.

"Kami memasuki cerita di mana kerajaan sedang berubah, di persimpangan jalan," katanya. "Mereka mencari cara untuk menjaga peradaban dan kerajaan mereka tetap hidup. Baru pada akhir 1800-an mereka dihancurkan."

Baik Davis maupun suaminya memahami bahwa film yang didasarkan pada peristiwa kehidupan nyata, harus ada kebenaran sejarah. Tetapi jika terlalu berpijak ke fakta dalam setiap aspek narasinya, penceritaan film tersebut justru bisa terganggu.

"Jika kita hanya menceritakan pelajaran sejarah, yang sangat mungkin kita miliki, itu akan menjadi film dokumenter," kata Tennon. "Sejarahnya sangat besar dan ada kebenaran tentang itu. Jika orang ingin mempelajari lebih lanjut, mereka dapat menyelidiki lebih lanjut."

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru