Indikasi Pelanggaran HAM di Tragedi Maut Kanjuruhan
Nasional

Komnas HAM mengungkap temuan adanya indikasi pelanggaran HAM dalam tragedi kerusuhan Kanjuruhan. Temuan itu didapat setelah Komnas HAM mendatangi lokasi untuk investigasi.

WowKeren - Tragedi kerusuhan maut di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, meninggalkan tugas bagi para pihak terkait untuk menyelidiki kasus tersebut. Pasalnya, sejumlah dugaan aksi kekerasan dari aparat penegak hukum dan pengamanan muncul. Indikasi pelanggaran HAM pun juga turut ditemukan dalam tragedi maut Kanjuruhan tersebut.

Hal itu diungkap oleh pihak Komnas HAM setelah sejumlah komisioner mereka datang langsung ke Malang untuk melakukan investigasi. Hasilnya, Munafrizal Manan selaku Wakil Ketua Komnas HAM mengungkap adanya temuan indikasi pelanggaran HAM pada tragedi Kanjuruhan.

"Ya nanti akan dipaparkan kesimpulan akhir. Kalau sekarang kan baru temuan-temuan sementara. Tapi memang ada indikasi ke arah pelanggaran hak asasi manusia," terang Munafrizal Manan di PN Yogyakarta, Kamis (6/10).

"Dari sekian banyak korban itu sudah jelas itu. Orang kan tidak boleh dibiarkan mati. Kalau misalnya sekian banyak menjadi korban begitu kan ada perlu dipastikan apa ada kesengajaan atau pembiaran," jelasnya.


Lebih lanjut Manan juga menyinggung soal penggunaan gas air mata saat kejadian. Menurutnya, penggunaan gas air mata dalam situasi tersebut perlu untuk digali lebih dalam.

"Penggunaan gas air mata itu perlu untuk digali dalam. Yang menembak gas air mata siapa?" pungkasnya.

Sementara itu, sebelumnya diketahui bahwa selain gas air mata, pintu keluar Stadion yang tidak dibuka juga diduga jadi salah satu penyebab kematian massal yang terjadi pada tragedi tersebut. Namun kemudian pihak kepolisian menyampaikan bahwa ada sejumlah pintu keluar stadion yang tidak terkunci saat kejadian.

Akan tetapi, pihak kepolisian juga mengakui bahwa kapasitas pintu keluar di Stadion Kanjuruhan sangat tidak mencukupi jika dibanding jumlah penonton yang berdesakan ingin keluar. Pasalnya, pintu keluar stadion hanya berkapasitas untuk 2 orang.

"Itu masuk materi hasil labfor di 6 titik tidak ditutup tapi sempit sekali. Kapasitas 2 orang tapi keluar ratusan, himpit himpitan ini didalami," pungkap Kadiv Humas Polri, Dedi Prasetyo, dalam konferensi pers, Selasa (4/10).

(wk/amel)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru