
Verrell Bramasta merasa prihatin soal kabar Mendikti Saintek Satryo Soemantri Brodjonegoro yang didemo atas dugaan menampar dan doyan memecat pegawai. Sementara itu, Menteri Satryo juga sudah buka suara perihal isu tersebut.
- Ria Susilo Wardhani
- Selasa, 21 Januari 2025 - 13:11 WIB
WowKeren - Verrell Bramasta diketahui menjabat sebagai anggota DPR RI dari Komisi X. Menaungi bidang pendidikan, olahraga, sains dan teknologi, Verrell kaget mendengar kabar soal Mendikti Saintek Satryo Soemantri Brodjonegoro yang didemo terkait dugaan menampar dan memecat pegawai secara semena-mena.
"Saya kaget dan miris melihat berita hari ini terkait demo di Mendiktisaintek. Saya pernah bertemu Prof Satryo sekali dua kali saat ada agenda di DPR RI. Memang belum terlalu dekat, namun terlihat beliau adalah sosok yang baik. Jadi, kalau memang betul beliau suka melakukan kekerasan verbal maupun nonverbal (fisik) kepada pegawainya, tentu ini mengagetkan," seru putra Venna Melinda ini.
Verrell lantas ungkap pentingnya ruang dialog agar permasalahan yang mengarah ke pertikaian fisik hingga pemecatan sepihak tidak sampai terjadi. Di sisi lain, ia tak mau menghakimi dan mengajak banyak pihak untuk menunggu klarifikasi dari Menteri Satryo.
"Kalau Sekjen Mendikti katakan masih tersedia ruang dialog yang lebih baik, seharusnya kejadian kekerasan fisik dan pemecatan sepihak juga tidak akan terjadi dari awal. Demo ini terjadi, mungkin karena memang ruang dialognya yang tidak pernah ada," serunya. "Saya tegaskan, saya tidak pernah memihak pelaku kekerasan, maupun menolerir hal tersebut. Sangat disayangkan kejadian ini bisa terjadi. Saya selalu tekankan bahwa adab di atas ilmu. Namun, kita tetap tidak boleh terlalu reaktif. Jadi saya masih sama-sama tunggu statement dan klarifikasi dari Pak Menteri langsung terkait kronologi aslinya."
Sementara itu, Menteri Satryo menyangkal soal suka marah-marah dan menampar pegawai. Ia juga sudah bertemu dalang di balik aksi demo itu.
"Nggak ada, tidak benar. Itu bukan suarasaya," tegas Satryo soal rekaman yang viral diduga dirinya memarahi dan menampar pegawai itu. "Kami memanggil dua tokoh yang melakukan unjuk rasa tersebut saudara Neni (Neni Herlina) dan saudara Suwitno. Mereka menyatakan permintaan maaf karena apa yang dikerjakan tadi pagi dan mereka berjanji untuk mengikuti semua peraturan yang ada di Kemendikti Saintek."
Satryo juga tegaskan jika dirinya bukan memecat melainkan melakukan mutasi besar-besaran. "Demo itu terkait kami sedang melakukan upaya mutasi besar-besaran karena pecahnya jadi tiga menteri, kita perlu banyak orang, kita ingin benahi sesuai amanat presiden harus hemat dengan anggaran pemerintah," ujar Satryo.
Sebelumnya, viral rekaman suara seseorang yang sedang memarahi bawahan. Dalam percakapan, seseorang itu marah besar terkait masalah air yang mati. Sesekali terdengar suara keras yang dicurigai sebagai aksi menampar pegawai.
"Mohon maaf, mohon maaf sekali lagi pak," kata pegawai. "Kurang ajar kamu tau gak. Sengaja membuat rumah ini gak ada air ? tadi air hidup terus tiba-tiba mati. Ulah si Riki, kamu diam saja, gak tanggung jawab sama sekali. Sengaja kan kamu?" ujar seseorang yang diduga adalah Satryo. "Saya gak dampingi tim saya ke sini. Karena saya masih dibutuhin istri, istri habis dijahit belum kering, saya jagain anak. Seharusnya saya dampingin Riki lakukan pengurasan. Katanya airnya kotor banget makanya dikuras sama dia. Yang hubungin Riki bukan saya, karena mba Bela segan sama saya sayanya masih ngurusin istri saya. Makanya kesalahan saya gak sempat dampingi karena saya ngurus istri saya," kata sang pegawai. "Kamu sengaja bikin rumah airnya mati. Kalau gak ada orang Setneg gak hidup ini. kamu kerjanya apa sih? Kurang ajar kamu."
Setelah rekaman itu viral, Prahum Ahli Muda & Pj. Rumah Tangga Kementerian Pendidikan Tinggi Sains dan Teknologi (Kemendikti Saintek) Neni Herlina mengungkap jika peristiwa dalam rekaman dialami pegawai vendor. Neni menyarankan agar pegawai merekam jika mengalami sesuatu dengan Satryo.
"Kalau diapa-apapin direkam aja, terus sama dia direkam. Ada rekamannya, gak tau udah nyebar kali, saya kasihan juga sama dia, karena keluarganya takut diapa-apain," terang Neni.
(wk/riaw)