Kapolres Kendari Mutasi Anggotanya, Polri: Bukan Akibat 2 Mahasiswa Tewas
Nasional

Kapolres Kendari didapati melakukan mutasi kepada jejerannya. Menanggapi hal itu Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhart menegaskan jika mutasi dilakukan bukan karena kasus 2 mahasiswa yang tewas saat demo Kamis (26/9) lalu.

WowKeren - Polda Sumatera Tenggara dikabarkan tengah melakukan mutasi kepada anggotanya. Hal ini berdasarkan surat telegram bernomor ST/2657/X/KEP./2019, tertanggal 7 Oktober 2019 yang dikirim oleh Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian.

Surat tersebut pun telah dikonfirmasi oleh Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhart. "Iya, ST (surat telegram) tersebut dari Mabes Polri," ujar Harry dilansir Kompas, Senin (7/10) malam.

Berdasarkan isi surat telegram tersebut, salah satu nama yang tercantum untuk dimutasi adalah Kapolres Kendari AKBP Jemi Junaidi. Di mana Jemi akan menduduki jabatan sebagai Kepala Bagian Pengendalian Personel Biro Sumber Daya Manusia Polda Kalimantan Tengah.

Sedangkan posisi Kapolres Kendari tersebut akan digantikan oleh AKBP Didik Efrianto yang sebelumnya menjabat sebagai Kapolres Wakatobi. Meski terjadi perubahan anggota, Harry mengatakan jika mutasi yang dilakukan ini sama sekali tak ada hubungannya dengan kasus kematian dua mahasiswa Kendari di tengah demo di depan gedung DPRD Sulawesi Tenggara, Kamis (26/9) lalu.


Harry berdalih bahwa mutasi di dalam institusi Polri adalah hal yang biasa dilakukan. "Tidak ada (kaitannya dengan dua mahasiswa tewas saat demo di Kendari). Mutasi dalam organisasi Polri hal biasa dalam rangka tour of duty dan area serta untuk meningkatkan kinerja organisasi dan dalam rangka binkar (pembinaan karir)," katanya.

Sebelumnya, pihak kepolisian telah membebastugaskan enam personel yang diduga melanggar standar operasional prosedur (SOP) karena membawa senjata api saat pengamanan demo di Kendari tersebut. Satu orang berinisial DK berpangkat perwira dan lima orang berpangkat bintara. Lima orang lainnya berinisial GM, MI, MA, H dan E.

Keenamnya berasal dari satuan Intel dan Reserse yang bertugas di Polres Kendari dan Polda Sultra. Adapun, senjata api yang digunakan keenam anggota itu yakni laras pendek jenis SNW, HS, dan MAG.

Diberitakan pada demo yang terjadi Kamis (26/9) lalu telah memakan korban jiwa. Seperti 2 mahasiswa yang meninggal yaitu Randi (21), mahasiswa Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan dan Muh Yusuf Kardawi (19), mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari.

Tak hanya itu, seorang ibu hamil juga terluka akibat tertembak peluru di bagian kakinya. Saat itu, ibu hamil tersebut sedang berada di rumahnya. Pihak kepolisian sendiri masih melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut.

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait