Wabah Corona Masih 'Menggila', WHO Justru Ungkap Ada Penurunan Jumlah Kasus
Dunia

Ketua WHO, Tedros Ghebreyesus, mengungkap ada penurunan jumlah kasus infeksi virus Corona. Namun di sisi lain, WHO juga menyebut ada lebih dari 1.800 orang meninggal akibat infeksi virus ini.

WowKeren - Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan otoritas terkait terus memberikan informasi terkini soal wabah virus Corona. Virus yang belakangan sudah menyandang nama resmi COVID-19 itu dilaporkan telah menginfeksi 73.332 orang di berbagai penjuru dunia.

Dari 70 ribu lebih kasus tersebut, tercatat setidaknya 1.873 pasien meninggal dunia sedangkan 12.712 lainnya sembuh. Kendati demikian, sampai sekarang vaksin penangkal yang benar-benar mumpuni melawan COVID-19 masih belum ditemukan.

Walau situasi terasa mencekam, WHO rupanya memberikan sedikit angin segar di tengah wabah yang masih merebak ini. Dalam konferensi pers yang digelar pada Senin (17/2), WHO menyebut bahwa ada indikasi penurunan jumlah kasus infeksi virus Corona.

"Hari ini Tiongkok sudah merilis data detail soal 44 ribu kasus COVID 19 yang dikonfirmasi," ujar Ketua WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus. "Data ini menunjukan adanya penurunan jumlah kasus COVID-19. Namun hasil ini harus diinterpretasikan dengan hati-hati, karena bisa saja menunjukkan virus 'pindah' menginfeksi populasi lain."


"Masih terlalu awal untuk menganggap penurunan ini akan berjalan konstan. Semua skenario masih harus dipertimbangkan," imbuh Tedros.

Tak berhenti sampai disitu, Tedros pun mengungkap "angin segar" lain soal wabah virus Corona ini. Menurut Tedros, COVID-19 ternyata tak semematikan saudara-saudaranya seperti virus Corona penyebab SARS dan MERS.

"Data menunjukkan bahwa COVID-19 tak semematikan virus Corona lain seperti SARS dan MERS. Lebih dari 80 persen berada dalam kondisi stabil dan akan sembuh," jelas Tedros. "Sekitar 14 persennya, virus itu menyebabkan gejala membahayakan seperti pneumonia dan kesulitan bernapas. Sedangkan 5 persennya dalam kondisi kritis seperti kegagalan bernapas, sepsis, dan kegagalan multiorgan."

Tedros juga menyebut hanya sekitar 2 persen dari kasus yang ada yang berisiko tinggi dan menyebabkan kematian. Risiko ini pun makin tinggi seiring menuanya usia pasien serta apabila masih anak-anak.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait