Ilmuwan AS Ini Tetap Ngotot Corona Sebagai Senjata Biologis yang 'Lolos' Dari Lab Tiongkok
Dunia

Desas-desus yang menyebutkan jika virus corona (COVID-19) berasal dari laboratorium di Wuhan, Tiongkok hingga saat ini masih belum juga reda. Bahkan seorang ilmuwan asal AS pun meyakini hal tersebut.

WowKeren - Wabah virus corona hingga saat ini masih menjadi isu serius yang disorot oleh dunia. Menurut data worldometers, Senin (24/2), Terdapat lebih dari 78 ribu kasus virus corona yang terjadi di 33 negara.

Seperti yang telah diketahui, virus yang berasal dari Kota Wuhan, Tiongkok ini sempat ramai disebut-sebut sebagai salah satu senjata biologis. Namun, pihak laboratorium di Wuhan telah membantah kabar tersebut.

Namun, hal ini tak berlaku kepada seorang ilmuwan asal Amerika Serikat (AS) ini. Adalah Steven W. Mosher selaku President of the Population Research Institute yang tetep kekeh jika virus yang memiliki nama COVID-19 itu lolos dari laboratorium di Tiongkok.

Ngototnya Steven juga didukung dengan beberepa pernyataan seperti soal pertemuan darurat Jumat silam, dimana Presiden Tiongkok Xi Jinping menyinggung soal keamanan laboratorium. "Sistem nasional untuk mengontrol biosekuriti harus diterapkan untuk melindungi kesehatan warga, kata Xi, karena keamanan lab adalah keamanan nasional," tulis Steven.

"Xi tak mengakui coronavirus lolos dari salah satu laboratorium di negeri itu," sambungnya. "Tapi di hari selanjutnya, bukti muncul mengindikasikan ini yang terjadi, kala Kementerian Sains dan Teknologi memberi arahan memperkuat manajemen biosekuriti di laboratorium mikrobiologi yang menangani virus maju seperti corona."


Laboratorium mikrobiologi Level 4 yang punya alat untuk mengendalikan corona, bernama National Biosafety, adalah bagian dari Wuhan Institute of Virology. Wuhan adalah kota dimana virus corona berasal.

"Kemudian, pakar senjata biologi top dari Tentara Kemerdekaan China, Mayjen Chen Wei, diminta ke Wuhan untuk membantu upaya menangkal wabah," paparnya. "Menurut PLA Daily, Jenderal Chen meneliti corona sejak wabah SARS di 2003, juga Ebola dan anthrax."

Selain itu, Steven juga menuding adanya beberapa periset Tiongkok yang punya kebiasaan menjual hewan yang diujicoba di laboratorium ke pedagang jalanan saat eksperimen sudah selesai. Jadi, alih-alih dikremasi hewan tersebut justru dijual demi uang. "Salah satu periset di Beijing, sekarang dipenjara, menghasilkan jutaan dolar menjual monyet dan tikus di pasar binatang, yang berakhir di perut seseorang," tulisnya dikurip dari New York Post.

Ia juga menyoroti kurang konsistennya asal virus yang telah memakan lebih dari 2 ribu jiwa tersebut berasal. Pasalnya, kasus pertama corona berasal dari orang yang tidak pernah menginjakkan kaki di pasar hewan di Wuhan. Kemudian, ular tidak membawa corona dan kelelawar tak dijual di pasar tersebut.

"Virus mungkin lolos dari lab oleh pegawai yang terinfeksi atau menular ke manusia ketika mereka tak tahu memakan hewan lab," tutupnya. "Apapun itu, otoritas Beijing secara jelas ingin memperbaiki masalah serius soal bagaimana lab mereka menangani pathogen mematikan."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait