Polisi Sebut Film Horor Pendorong ABG 'Slenderman' Membunuh, Ini Kata Psikolog
Nasional

Hasil pemeriksaan polisi menyebutkan bahwa NF (15) membunuh balita yang merupakan tetangga karena terinspirasi film horor. Menanggapi hal itu, seorang psikolog Rose Mini Agoes turut mengungkapkan pendapatnya.

WowKeren - Kasus pembunuhan yang dilakukan oleh NF (15) yang menghabisi nyawa balita tetangganya mengejutkan warga Sawah Besar, Jakarta Pusat. NF sendiri mengaku jika aksi pembunuhan yang dilakukan tersebut disinyalir terinspirasi dari film horor.

Aksi NF ini sendiri tentunya menjadi sorotan masyarakat hingga di dunia maya lantaran meninggalkan berbagai jejak digital yang mengerikan. Tak hanya itu, para psikolog pun turut menunjukkan ketertarikannya pada kasus ini.

Pasalnya, pelaku yang dikenal cerdas itu tidak menyesali perbuatannya. Ia justru mengaku puas telah membunuh tetangganya dengan cara dibenamkan di bak mandi itu.

Menurut pemeriksaan polisi, pelaku sering menyaksikan film-film bergenre horor dan thriller, seperti "Slender Man" dan "Chucky". Menanggapi hal tersebut, seorang psikolog Rose Mini Agoes Salim mengatakan bahwa perbuatan dan karakter seseorang tidak bisa hanya pada peristiwa yang muncul, karena itu terbentuk sangat lama.

Namun, kesukaan terhadap film horor yang diakui oleh NF bisa berkontirbusi pada tindakan nekat membunuh orang lain. "Bisa saja mempengaruhi kalau misalnya, kalau dia sudah melihat itu sejak lama," ujar Rose dilansir Kumparan, Senin (9/3).


Lebih lanjut, Rose menjelaskan acap kali karakter dari film-film bergenre horror melakukan pembunuhan sadis tanpa ada rasa bersalah. Hal itulah yang menurutnya bisa mempengaruhi pelaku dalam melakukan aksi nekatnya.

"Kalau dia mengatakan dia senang menonton film horor itu, akibatnya dia merasa seperti film horor," jelas Rose. "Di film horor itu kan orang kalau habis membunuh wajahnya menunjukkan rasa puas tidak menunjukkan rasa bersalah. Jadi itu yang menjadi template-nya dia bahwa itu enggak ada masalah, itu ok-ok saja."

Usia remaja adalah masa-masa di mana seseorang rentan terhadap segala pengaruh eksternal. Pasalnya, masa remaja merupakan masa dimana seseorang membentuk identitas diri.

"Identitas dia bentuk dari mana?" tuturnya. "Lingkungan, dari apa yang dia dapat, dari macam-macam. itu yang membentuk diri dia."

Sementara itu, terkait sikap pelaku yang tampak tenang selama menjalani pemeriksaan polisi, Rose menyebut hal ini bukan berarti ia psikopat. Menurutnya, masih perlu pemeriksaan lebih jauh terhadap kondisi kejiwaan pelaku.

"Terlepas dari kejiwaannya, psikopat dan sebagainya," pungkasnya. "Kalau saya belum berani mendiagnosa, kalau kita belum meng-assess-nya secara mendalam. Bahwa dia melakukan, anak ini melakukan tindakan yang salah itu kita harus tanya ke dia. Itu yang mesti digali dari anak ini."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru