Wuhan Catat Pasien Sembuh Kembali Terjangkit Corona, Pakar Ungkap Dugaan Alasan Mengerikan
Dunia
Pandemi Virus Corona

Belum lama ini Tiongkok mencurigai adanya gelombang wabah COVID-19 yang lebih besar. Salah satunya karena banyak pasien yang sudah sembuh namun kembali dinyatakan positif terjangkit.

WowKeren - Belum lama ini Tiongkok mulai bisa menghirup udara segar setelah beberapa bulan dihajar wabah virus Corona. Seperti diketahui, negara tersebut, tepatnya Kota Wuhan, Provinsi Hubei, merupakan wilayah episentrum sekaligus asal mula virus tersebut.

Namun rasa lega akibat situasi yang dinilai sudah terkendali, bahkan Wuhan pernah mencatat nol kasus tambahan dalam sehari, tampaknya tak lagi bisa diperpanjang. Sebab baru-baru ini Tiongkok mencurigai adanya gelombang kedua wabah yang lebih besar, terutama di Wuhan.

Pasalnya Wuhan mencatat ada pasien-pasien yang sebelumnya dinyatakan negatif kini dinyatakan positif terinfeksi virus. Dilansir dari NPR, setidaknya ada 5-10 persen pasien yang sekarang masuk dalam kategori tersebut.

Mengerikannya, pasien-pasien ini justru berstatus sebagai karier asimtomatis alias tak bergejala. Tentu kondisi ini jauh lebih berbahaya dari situasi normal karena pasien-pasien ini dikhawatirkan menularkan virusnya ke orang lain tanpa disadari.

Masih dilansir dari NPR, ada 4 pasien dalam kategori ini yang dimintai keterangannya. Mereka mengaku selesai menjalani perawatan akibat positif COVID-19 pada awal Maret 2020 kemarin.


Namun ketika menjalani pemeriksaan kesehatan yang tak berkaitan dengan COVID-19 pada Minggu (22/3) kemarin, mereka justru mendapati bahwa dirinya kembali terinfeksi virus Corona. Alhasil hanya ada rentang waktu beberapa minggu dari hasil negatif pertama dengan terinfeksi kembali.

Fenomena ini jelas menyita perhatian tersendiri dari para ahli kesehatan. Seorang virologis menilai tak mungkin virus bisa dengan cepat kembali menginfeksi tubuh individu yang seharusnya sudah mengembangkan antibodi usai terinfeksi.

Namun kemudian terungkaplah sejumlah alasan yang diduga melatarbelakangi kejadian ini. Salah satunya karena ketentuan medis di Tiongkok yang tak memasukkan pasien positif asimtomatis dalam hitungan kasus COVID-19 mereka.

Tetapi alasan lainnya lah yang membuat publik tercengang. Wang Chen, salah seorang pejabat di Akademi Ilmu Kesehatan Tiongkok memperkirakan keakuratan tes yang dikembangkan negeri tirai bambu untuk mendeteksi COVID-19 hanya di kisaran 30-50 persen.

Teori lain, dikhawatirkan alat tes nya lah yang terkontaminasi spesimen dari pasien positif lain sehingga menimbulkan mispersepsi. "Bisa saja ada false positives (hasil tes positif padahal sejatinya negatif) dalam tes semacam ini," ujar Dr. Jeffrey Shaman, Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan di Universitas Kolombia.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait