Indonesia Masuk Negara Paling Sedikit Lakukan Tes Corona, Hanya 42 Dari 1 Juta Orang
iStockphoto
Nasional

Indonesia berada di atas Ethiopia dengan 16 tes per satu juta orang, Bangladesh dengan 22 tes per satu juta orang, dan Nigeria dengan 19 tes untuk setiap 1 juta orang.

WowKeren - Kasus corona (COVID-19) terus bertambah setiap harinya. Pemerintah terus melakukan tes untuk mengidentifikasi pasien corona. Namun, tingkat tes corona di Indonesia dinilai masih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lainnya.

Dilansir dari Worldometers, Selasa (7/4), dari setiap satu juta populasi penduduk di Indonesia hanya 42 orang yang menjalani tes. Jumlah ini tentu jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan total keseluruhan populasi penduduk di Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa.

Masih dilansir dari Worldometers, Indonesia menjadi salah satu negara yang terburuk dalam tingkat pengujian di antara negara-negara dengan populasi 50 juta atau lebih. Indonesia hanya berada di atas Ethiopia dengan 16 tes per satu juta orang, Bangladesh dengan 22 tes per satu juta orang, dan Nigeria dengan 19 tes untuk setiap 1 juta orang.

Sementara itu, Korea Selatan memiliki rasio tes yang jauh lebih tinggi. dalam setiap satu juta populasi di negara tersebut, ada 8.996 orang yang dites. Sementara itu Singapura melakukan tes pada 11.110 orang setiap satu juta populasinya.


Terkait tingkat tes yang rendah ini, juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto pun buka suara. Ia mengatakan jika Indonesia tidak melakukan uji tes berdasarkan jumlah populasi namun riwayat kontak.

"Kami tidak menguji berdasarkan ukuran populasi, tetapi berdasarkan penelusuran kontak dari kasus positif juga," kata Yuri dilansir Straits Times, Selasa (7/4). "Berdasarkan kunjungan ke fasilitas kesehatan oleh orang-orang dengan gejala COVID-19."

Selain itu, rapid test juga tengah dilakukan di sejumlah daerah. Namun, jumlah kasus yang dihasilkan dari tes tersebut tidak menambah penghitungan kasus secara nasional.

Rapid test dinilai kurang bisa diandalkan jika dibandingkan dengan tes standar polymerase chain reaction (PCR). Rapid test, dikatakannya, hanya digunakan untuk membantu penyaringan awal orang yang mungkin terkena virus.

Sehingga, setiap kontak dekat yang dites negatif menggunakan kit tes cepat harus mengulang prosedur setelah jangka waktu tertentu. Sementara itu mereka yang dites dan hasilnya positif maka harus dikonfirmasi dengan tes PCR.

(wk/zodi)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait