Ventilator Banyak Dicari Saat Pandemi Corona, Dokter Justru Ragu Soal Penggunaannya Terhadap Pasien
Dunia

Sejumlah negara mengalami kelangkaan ventilator lantaran melonjaknya jumlah pasien corona di dunia. Sayangnya, para dokter di Amerika Serikat saat ini justru meragukan kegunaan alat tersebut untuk menyelamatkan nyawa pasien.

WowKeren - Ventilator menjadi fasilitas di rumah sakit yang paling diperlukan di tengah pandemi corona seperti saat ini. Ventilator adalah sebuah mesin yang berfungsi untuk menunjang atau membantu pernapasan seseorang

Adanya alat ini, pasien yang sulit bernapas akan dibantu untuk mendapatkan udara dan bernapas seperti orang normal. Seperti yang diketahui virus SARS-CoV-2, yang menyebabkan COVID-19 menyerang saluran pernapasan dan paru-paru.

Kekurangan alat ventilator karena membludaknya kasus corona dihadapi oleh sejumlah negara, salah satunya Amerika Serikat. Namun, di tengah kondisi tersebut sejumlah dokter mulai mempertanyakan kegunaan ventilator terhadap para pasien corona ini.

Apakah benar ventilator bisa membantu pasien tersebut bertahan hidup atau tidak? Pasalnya, menurut data kematian yang terjadi di Tiongkok, Italia dan AS menunjukkan bahwa lebih dari setengah pasien corona yang menggunakan ventilator tak dapat bertahan hidup.

Apa yang kita lakukan sekarang tidak berhasil, dan saya pikir membuat kesalahan yang sama berulang-ulang adalah tanda kebodohan," kata Dr. Paul Marik dilansir Yahoo News, Kamis (9/4). "Jika tidak berhasil, kita harus mencari sesuatu yang lain."

Marik yang merupakan kepala Kedokteran Perawatan Paru dan Kritis di Eastern Virginia Medical School pun mencoba pengobatan yang dirancangnya sendiri. Yaitu dengan mengkombinasikan kortikosteroid dan asam askorbat dosis tinggi, atau vitamin C, sebagai terapi lini pertama untuk pasien yang dirawat di rumah sakit dengan COVID-19.


Namun, protokol tersebut kontroversial dan belum teruji. Teori tersebut didasarkan pada gagasan yang semakin meluas di kalangan peneliti bahwa penyebab kematian bagi sejumlah besar pasien COVID-19, terutama yang lebih muda, adalah peradangan paru-paru yang parah akibat respons sistem kekebalan yang terlalu kuat.

Dengan memberikan obat anti-inflamasi dini dan teratur setelah pasien dirawat di ruang gawat darurat dipercaya dapat mencegah komplikasi tersebut. "Dalam kasus ini bukan virus yang membunuh inangnya, melainkan inang yang merespon virus tersebut," terang Marik.

"Orang yang baik-baik saja tidak membutuhkan steroid, itu adalah orang-orang yang jatuh sakit akibat badai," kata Marik. "Kortikosteroid sangat efektif dalam menurunkan regulasi badai itu."

Penangaan yang diusulkan Marik ini sudah digembar-gemborkannya sejak 2017 lalu. Kali ini ia menjelaskan bahwa teknik tersebut dilakukan demi menunda dan menghindari sepenuhnya, kebutuhan pasien untuk menggunakan ventilator.

“Banyak pasien perlu menggunakan ventilator, Anda tidak dapat menahannya, tetapi Anda ingin melakukan apa pun yang Anda bisa untuk mencegahnya,” kata Marik. "Lebih sedikit pasien yang menggunakan ventilator, memberikan kesempatan (yang lebih besar) untuk mereka yang membutuhkan."

Sementara itu, dokter garis depan penanganan COVID-19, Cameron Kyle-Sidell mengatakan penyakit paru-paru yang berkembang pada pasien COVID-19 tak bisa dibantu dengan menggunakan ventilator. "Saya khawatir menggunakan ventilator untuk meningkatkan tekanan pada paru-paru agar terbuka berbahaya," paparnya. "Pasien positif COVID-19 lebih membutuhkan oksigen ketimbang tekanan pada paru-paru."

(wk/nidy)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait