Krisis Suriah di Tengah Wabah Corona, Hanya Punya 1 Alat PCR Untuk Deteksi Virus
Reuters/Khalil Ashawi
Dunia

Suriah merupakan wilayah konflik yang kini mengalami krisis besar-besaran karena turut dihimpit wabah virus Corona. Ini kisah salah satu bagian Suriah yang bahkan tak mampu memeriksa sampel dengan baik.

WowKeren - Tak semua negara mendapat kemudahan dalam mengakses layanan kesehatan di tengah wabah virus Corona. Termasuk diantaranya Suriah yang harus bertahan dari dua situasi pelik, wabah COVID-19 dan perang saudara yang terjadi di negaranya.

Bahkan mirisnya Provinsi Idlib, Suriah dilaporkan hanya memiliki satu alat polymerase chain reaction (PCR) untuk mendeteksi virus Corona. Padahal saat ini di Provinsi Idlib ada jutaan masyarakat yang tentu saja berpotensi tertular COVID-19.

Alat PCR ini dimiliki oleh pusat kesehatan Mohamad Shahim Makki, tepatnya di Laboratorium Pengendalian Epidemi-nya. Minimalnya jumlah alat yang dimiliki membuat laju deteksi virus di sana begitu rendah, bahkan tercatat hanya ada 120 tes yang bisa dilaksanakan dalam beberapa hari belakangan dari 300 sampel yang diantrekan.

Beruntungnya, sejauh ini sampel-sampel tersebut masih menunjukkan hasil negatif. Kendati demikian, para tenaga medis mengkhawatirkan situasi yang bisa berubah dalam sekejap mata, yang tentu akan berakibat buruk bagi mereka.

Kekhawatiran ini makin kuat dirasakan pasca semakin mengantrenya sampel dalam dua hari terakhir, yakni mencapai 5 ribu spesimen. Tentu saja antrean sampel ini tak bisa dikerjakan dengan cepat di tengah keterbatasan alat yang ada.


"(Mesin pendeteksinya) tak cukup untuk memeriksa semua sampel yang ada. Tentu bila digunakan berlebihan, alat ini bisa cepat rusak," ujar Makki, membeberkan krisis yang mesti dihadapi pihaknya. "Karena alatnya hanya satu, maka diperlukan kriteria yang ketat terkait sampel yang bisa diperiksa."

Kekhawatiran yang sama juga disampaikan oleh seorang dokter relawan di bagian Selatan Suriah, Ahmad al-Dbis. "Jika Corona menyebar (di Idlib) tentu menjadi bencana besar. Jumlah kematiannya akan sangat tinggi, laju penyebaran penyakitnya juga sulit dikendalikan, bisa ratusan bahkan ribuan," kata Ahmad, dilansir dari Reuters, Rabu (15/4).

Makki selaku petugas kesehatan di Idlib sangat menyayangkan krisis yang terjadi. "Di area dengan keterbatasan kebebasan seperti kami, tentu akses kesehatan merupakan hal yang sulit didapat. Perang sudah benar-benar menghancurkan berbagai fasilitas kesehatan," bebernya.

Namun untuk mengadakan PCR tambahan pun bukan menjadi pilihan yang baik. Sebab diperlukan biaya yang begitu besar untuk itu, mulai dari mengadakan alat sampai melatih para petugas pemeriksa sampel.

Sebagai informasi, Idlib merupakan salah satu wilayah di bagian utara Suriah yang menjadi "markas" para pemberontak negara. Wilayah itu tercatat didiami oleh 3 juta orang.

(wk/elva)

Follow Berita WowKeren.com di Google News

You can share this post!

Rekomendasi Artikel
Berita Terkait
Berita Terbaru